Senin, 01 Agustus 2011

Pegawai Nazaruddin Sebut 19 Kardus Duit untuk Kongres Demokrat


Berita Media Publik - Jakarta. Sejumlah orang yang pernah menjadi anak buah Muhammad Nazaruddin di kantor perusahaannya memberi kesaksian adanya uang miliaran rupiah yang diantar ke lokasi Kongres Partai Demokrat di Hotel Aston, Bandung. Dede S., pegawai alih daya (outsourcing) keamanan di kantor Nazaruddin, kepada Tempo mengaku ikut dalam rombongan yang mengantarkan uang itu.

"Saya ada di mobil boks bersama 14 kardus berisi uang rupiah yang dibawa ke Aston," ujar dia kepada Tempo di sebuah pusat belanja di Bekasi, Jawa Barat, Sabtu lalu.

Pegawai alih daya di bawah manajemen Swatantra ini menuturkan, uang yang dibawa ke Aston pada 21 Mei 2010 itu dikemas dalam 19 kardus--lima kardus di antaranya dolar Amerika Serikat.

Sebelumnya, dari tempat persembunyiannya, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, M. Nazaruddin, menuding kemenangan Anas Urbaningrum dalam kongres di Bandung karena adanya dukungan uang US$ 20 juta (sekitar Rp 170 miliar). Menurut Nazaruddin, uang untuk operasional kongres itu adalah fee atau komisi proyek Hambalang yang jumlahnya Rp 50 miliar. Dalam berbagai kesempatan, Anas Urbaningrum membantah tudingan Nazar tersebut.

Dede mengaku tidak tahu asal-muasal uang itu. Dia menegaskan hanya bertugas mengantar dan menjaga kardus berisi uang tersebut. Meski begitu, Dede mengetahui siapa saja orang-orang yang mengambil uang di kamar nomor 10 Hotel Aston itu. Dia menyebut Nuril Anwar, anggota staf Nazaruddin, yang pertama kali muncul dan memintanya melalui Yulianis, anggota staf keuangan Nazaruddin. Selain itu, ada anggota staf Nazaruddin yang lain.

Setiap duit yang keluar, menurut Dede, akan dimintakan paraf oleh Yulianis di kertas sebagai bukti uang keluar. Jumlah yang diminta pun beragam. Ada yang US$ 10 ribu, US$ 100 ribu, dan Rp 650 juta. Mereka meneken di kertas itu di meja di depan kamar. "Saya duduk di sofa di kamar. Jarak sofa dengan meja itu dekat," ujar Dede.

Kesaksian ini didukung Jauhari, rekan Dede, yang juga ikut menjaga dan mengangkut kardus ke kamar. "Saya pernah diminta Yulianis menghitung uang itu," ujarnya.

Aan, sopir Nazaruddin, mengatakan bahwa tim ke Bandung itu berangkat dari kantor bosnya di Tower Permai, kawasan Warung Buncit, Jakarta Selatan. "Mereka berangkat dengan tiga mobil," kata Aan kepada majalah Tempo pekan ini. Namun, menurut Dede, Aan tidak ikut dalam rombongan itu.

Nuril, yang ditemui Tempo pada Rabu pekan lalu, terlihat berkaca-kaca ketika melihat salinan kuitansi yang ditunjukkan kepadanya. Namun, ia menyangkal anggapan bahwa tanda tangan yang tertera di dalam kuitansi-kuitansi itu miliknya. "Saya tahu siapa yang memalsukannya: Nazar," ujarnya.

Namun, Ketua Demokrat Cilacap Tridianto mengatakan bahwa dia dititipi duit oleh Nazaruddin untuk 29 dewan pimpinan cabang Demokrat se-Jawa Tengah melalui Nuril. "Nuril menitipkan duit ke saya di hotel di sebelah Hotel Aston sekitar satu hari sebelum kongres," ujar dia, Ahad, 31 Juli 2011.

Duit itu dikemas dalam amplop dan setiap pemimpin cabang memperoleh satu amplop. "Jumlahnya tidak tahu karena saya hanya dititipi. Tapi, teman-teman bilang sekitar Rp 10 juta per amplop," ujarnya. Tridianto menegaskan, duit itu bukan untuk membeli suara mereka, melainkan buat biaya transportasi. "Itu terlalu murah kalau (untuk) beli suara."

Hingga berita ini diturunkan, Yulianis belum bisa dikontak untuk dimintai konfirmasi. Sedangkan kuasa hukum Anas, Patra M. Zen, menganggap pengakuan sejumlah anak buah Nazar itu tak berharga di muka hukum. "Mungkin akan jadi beda kalau Pak Nazaruddin bersaksi di pengadilan sebagai terdakwa," katanya kepada Tempo. Ia menegaskan, seribu saksi seperti sopir dan anggota satuan pengamanan tak akan ada artinya. (TIM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar