Senin, 08 Agustus 2011

NAZARUDDIN (Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat) TERTANGKAP DI KOLOMBIA

MEDIA PUBLIK- Muhammad Nazaruddin mantan bendahara umum Partai Demokrat tersangka dugaan suap wisma atlet yang diuber 188 negara, kini berakhir setelah menghilang selama 77 hari dari Tanah Air sudah seiring penangkapannya di Cartagena, Kolombia oleh interpol Kolombia, Minggu malam (7/8). Nazaruddin diduga menggunakan paspor palsu atas nama M. Sjafruddin saudara sepupunya.

Diusia yang cukup muda Nazaruddin sudah bisa kepentas politik yang cukup tinggi, hal tersebut sungguh membanggakan. akan tetapi diketika Nazaruddin sudah jaya, kok dia malahan terjebur ke hal yang negatif, tetapi jika benar-benar Nazaruddin bisa mengungkap kebenaran fakta yang disebarkannya itu, maka dia bisa dikatakan sebagai seorang PAHLAWAN KEBENARAN.Orang-Orang dari partai Demokrat boleh gembira dengan tertangkapnya Nazaruddin, tetapi jangan izinkan satu orangpun dari Mereka boleh bertemu dengannya, sebab bisa mencurigakan? ungkap Syahminan Wakil Direktur LSM LEKEM Kalimantan, ungkapnya kemaren di Markas LSM LEKEM Kalimantan, Senin (8/8).

"Apabila benar yang tertangkap tersebut Muhammad Nazaruddin mantan bendahara umum Partai Demokrat, seyogyanya para penegak hukum harus tegas dan sungguh-sungguh memeriksanya, hal ini demi untuk membongkar sebuah kebenaran yang issu berkembang saat ini", ungkap Minan.

Syahminan menambahkan "Penegak hukum jangan sampai pilih kasih mengorek informasi yang di hembuskan Muhammad Nazaruddin mantan bendahara umum Partai Demokrat tersebut diketika dalam pelariannya, siapa tau semua yang dihembuskan Nazaruddin itu ada benarnya demi penegakan suprimasi hukum yang ada di NKRI ini". pungkasnya.

Pengacara senior Adnan Buyung Nasution menyambut positif berita tertangkapnya Nazaruddin di Kolombia. Ia berharap keborokan elit-elit Partainya yang diduga terlibat korupsi segera terungkap.

Menurut Buyung, Nazaruddin harus dijamin keselamatannya agar ia bisa mengungkap tuntas kasus korupsi yang menjeratnya. "Orang seperti Nazaruddin tidak akan berani pulang jika tidak ada jaminan negaranya menegakkan hukum dan keadilan. Seperti kasus Gayus Tambunan. Dia mau pulang tapi tidak dijamin keselamatannya," ujar Adnan Buyung, Senin (8/8).

Sekedar diketahui Muhammad Nazaruddin tersangkut Indikasi Empat perkara dugaan tindak pidana korupsi.

KPK menetapkan Nazaruddin sebagai tersangka dugaan suap wisma atlet pada 30 Juni lalu. Dalam persidangan dengan terdakwa Mindo Rosalina Manulang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, penuntut umum menyebut Nazaruddin menerima jatah 13 persen dari nilai proyek wisma atlet sebesar Rp191 miliar.

Kedua, Nazaruddin juga terseret kasus dugaan korupsi di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan kasus di Kementerian Kesehatan. Dua perkara ini mulai diselidiki pada tahun 2010.

Direktur Eksekutif KP3I Tom Pasaribu menyebut ada dua kasus mafia anggaran di Kemenkes yang juga melibatkan Nazaruddin, yakni pembangunan pabrik vaksin flu burung oleh PT Anugerah Nusantara (AN) senilai Rp700 miliar dan pengadaaan alat bantu belajar mengajar dokter/dokter spesialis pada rumah sakit pendidikan dan RS rujukan oleh PT Mahkota Negara (MN) senilai Rp.492 miliar.

Dalam kasus di Kemendiknas, Polri telah menetapkan mantan Irjen Kementerian Pendidikan Nasional M Sofyan sebagai tersangka tindak pidana korupsi pengelolaan anggaran inspektorat tahun 2009.

Keempat, Nazaruddin juga terlilit kasus dugaan korupsi mark up tanah untuk pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Dharmasraya pada 2009. Oerkara ini ditangani di Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat.

Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Bagindo Fachmi menjelaskan kasus ini bermula dari mark up tanah senilai Rp4,8 miliar yang melibatkan mantan Bupati Dharmasraya, Marlon Martua.

Keterlibatan Nazaruddin ini diduga sebagai pemilik PT Duta Graha Indah (PT DGI) dan PT Anak Negeri yang sebagai kontraktor land clearing senilai Rp19 miliar untuk lokasi pendirian bangunan rumah sakit tersebut, sumber dana tersebut dari APBD Kabupaten Dharmasraya.

Liku-Liku Mantan bendara umum Partai Demokrat, yaitu pada 26 Agustus 2011 mendatang usia Nazaruddin 33 tahun. Dia dilahirkan di Bangun, Sumatera Utara. Nama Nazaruddin tiba-tiba melejit sejak dikaitkan sejumlah skandal proyek negara yang diduga dilakukan secara patgulipat.

Di pentas politik nasional, namanya juga tak pernah muncul baik melalui pernyataan politik maupun pendapatnya terkait kerja di parlemen. Pasca Kongres Partai Demokrat, Mei 2010 lalu, namanya sempat muncul ke permukaan atas dugaan pemerkosaan terhadap seorang Sales Promotion Girl (SPG) saat kongres Partai Demokrat berlangsung.

Sejak 23 Mei 2011, Nazaruddin keluar dari Tanah Air. Beberapa jam sebelum berangkat ke Tanah Air, Nazaruddin sowan ke Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie. Mulanya ia beralasan untuk berobat ke Singapura karena menderita sakit jantung.

Pada 3 Juni 2011, koleganya di Partai Demokrat yakni Jhonny Allen, Jafar Hafsah, dan Sutan Bathoegana menjenguk dirinya dengan misi menjemput Nazaruddin agar kembali ke Tanah Air. Namun misi resmi itu tak membuahkan hasil. "Nazaruddin masih sakit, badannya turun 18 kilo," ujar salah satu tim yang berangkat ke Singapura, Sutan Bathoegana.

Di rentang waktu 23 Mei hingga 30 Juni 2011 komunikasi Nazaruddin dengan koleganya di Partai Demokrat masih membaik. Sejumlah koleganya mengaku masih bisa berkomunikasi dengan Nazaruddin baik melalui nomor seluler yang berkode negara Singapura maupun melalui layanan BlackBerry Messenger (BBM).

Namun perubahan drastis sekaligus dramatis sesaat setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan dirinya sebagai tersangka dalam kasus pembangunan wisma atlit di Jakabaring, Sumatera Selatan.

Tidak hanya itu. Tidak berselang lama, Nazaruddin juga diperiksa sebagai saksi dalam kasus di Kementerian Pendidikan Nasional. Begitu juga istrinya, Neneng Sri Wahyuni juga menjadi saksi dalam kasus PLTU di Kementeian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Penetapan tersangka itulah tak ubahnya menjadi titik tolak bagi Nazaruddin untuk bernyanyi nyaring terkait sepak terjang rekan separtainya. Melalui layanan BlackBerry Messenger (BBM) Nazaruddin menuding koleganya. Mulai Angelina Sondakh, Mirwan Amir, hingga Anas Urbaningrum.

Sejumlah proyek negara yang mulanya publik tidak mengetahui menjadi tahu. Sebut saja proyek pembangunan pusat olahraga Hambalang di Sentul, Bogor, Jawa Barat, yang menurut Nazaruddin sebesar Rp 1,2 triliun, fee dari proyek itu diigunakan untuk dana politik dalam Kongres Partai Demokrat.

Pasca-nyanyian Nazaruddin itulah, menjadi puncak hubungan Nazaruddin dengan Anas Urbaningrum. Ketua Umum Partai Demokrat itu akhirnya melaporkan Nazaruddin kepada aparat kepolisian dengan delik pencemaran nama baik. Tudingan yang dibalas dengan pelaporan itu menjadi simbol putusnya hubungan persahabatan politik sekaligus bisnis yang telah dirajut Anas dan Nazar sejak 2007.

Sejak itulah, Nazaruddin kerap melancarkan tudingan kepada Anas Urbaningrum. Mulai saluran telepon dengan stasiun televisi hingga memanfaatkan layanan Skype, video call dengan penggiat Perstalk Iwan Piliang.

Nazaruddin yang berasal dari daerah pemilihan Jawa Timur IV (Jember-Lumajang) ini selama menjadi anggota DPR disebut-sebut tidak pernah melakukan kunjungan ke konstituennya. Begitu pula di Komisi III, Nazaruddin juga tidak pernah melakukan kunjungan kerja komisi. "Tidak pernah ke konstituen dan kunjungan kerja komisi," ujar Sekretaris Fraksi Partai Demokrat Saan Mustopa.

Misteri penangkapan nazaruddin lagi-lagi membawa misteri baru yang ditebar Nazaruddin lewat sebuah tas kecil yang dititip kepada Dubes RI di Kolumbia, Michael Manufandu, untuk diamankan.

Tas itu, seperti dituturkan Menko Polhukam Djoko Suyanto, selalu dibawa oleh mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu selama pelariannya di beberapa negara di luar negeri. Termasuk saat M Nazaruddin ditangkap di Cartagena. Tas itu berada di tangannya.

Menurut Djoko Suyanto, saat ditangkap polisi khusus Kolombia yang pertama kali minta diamankan Nazaruddin kepada kedutaan adalah tas kecil di tangannya itu.

“Saya komunikasi dengan Pak Dubes tadi malam, ada satu tas kecil yang dititipkan kepada dubes dan itu telah disegel. Kemudian diamankan oleh kedutaan besar,” kata Djoko ketika ditemui di kantor kepresidenan, Jakarta, Selasa 9 Agustus 2011.

Menurut Djoko, karena inisiatif pengamanan tas tersebut berasal dari Nazaruddin sendiri, pihak kedutaan besar langsung menyegel tas itu dan memastikan siapa pun tidak boleh membuka atau mengetahui isinya.

“Itu akan diserahkan kepada tim yang akan datang dengan disaksikan Nazarudin sendiri, kepolisan Kolombia, dan kedutaan serta tim. Jadi ada empat pihak yang menyaksikan serah terima isi barang dalam tas tersebut,” katanya.

Sejauh ini belum ada yang bisa menjelaskan apa saja isi tas itu? Namun, sumber matanews.com menduga, tas kecil Nazar itu berisikan dokumen rahasia dalam bentuk digital terkait berbagai pengeluaran dana dan surat-surat penting lainnya berhubungan dengan apa yang dibeberkannya selama ini lewat pesan SMS Black Berry.

Djoko menjelaskan, saat ini Nazaruddin ditahan di kepolisian Kolombia. Namun, pihak Kedutaan Besar RI tetap memantau kondisinya. Menurut dia, Nazaruddin dalam kondisi sehat dan masih menunaikan ibadah puasa. “Jadi kedutaan mengelola dengan baik, makanan selalu dikirim,” katanya.

Setelah kembali ke Indonesia, Nazaruddin rencananya akan langsung menghadapi proses hukum yang sedang dijalankan oleh KPK.

Saat tertangkap di Cartagena, Kolombia, Nazaruddin menggunakan identitas palsu dan memegang paspor atas nama M Sjafruddin.

KBRI Kolumbia menargetkan pemulangan Nazaruddin ke Jakarta bisa dilakukan dalam pekan ini.

Tertangkapnya Nazaruddin tersebut kalau memang dia benar-benar mau mengungkap semua fakta yang telah diutarakannya ketika dalam pelarian, maka itu adalah merupakan sebuah langkah yang terhormat guna pencitraan pejabat publik yang saat ini mengalami kreses moral, ungkap Aspihani Ideris, MH (Direktur Eksekutif LEKEM Kalimantan), Senin 8/8.

Aspihani menambahkan "Saya berkeyakinan dalam pemeriksaan nantinya Nazaruddin lebih banyak diam, karena dengan diamnya itu keamanan Nazaruddin lebih terjamin ketimbang dia buka-bukaan, dan pastilah sudah ada semacam tekanan-tekanan moral terhadap dirinya"., katanya(Tim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar