Media Publik. Bangun tidur langsung login ke Facebook, memposting setiap detail dari kehidupan seseorang, memajang foto, video, dan mengupdate status merupakan hal yang sangat lumrah bagi jutaan pengguna situs jejaring sosial tersebut.
Dengan jumlah yang telah melebihi 750 juta pengguna, kini generasi muda sampai manula sudah saling berkawan dan menyampaikan pada dunia setiap detail dalam hidup mereka, dan juga berharap ada tanggapan untuk setiap posting yang mereka lakukan.
‘Privacy’ sendiri tampaknya sudah merupakan konsep yang kuno akibat adanya jejaring sosial.
Dikutip dari Med India, 1 Agustus 2011, peneliti menyebutkan, mereka yang secara konstan memposting gambar dan update terhadap aktivitas mereka sebenarnya mencari tanggapan ataupun komentar terhadap apapun yang mereka posting. Hal ini serupa dengan anak kecila yang secara terus menerus mencari pujian dan tanggapan.
Pengguna Twitter, situs jejaring sosial lain yang memungkinkan orang memposting pikiran, komentar, dan tanggapan mereka terhadap berbagai hal, sebenarnya juga mendorong orang untuk tetap berada di dunia virtual. Praktek ini berpotensi memutuskan mereka dari kehidupan di dunia nyata.
Peneliti menyebutkan, tren seperti ini sangat berbahaya karena ia bisa menghambat kemampuan orang untuk berkomunikasi dengan baik di dunia nyata, dan juga bisa memicu krisis identitas. Lebih lanjut, pengguna bisa mengalami penurunan konsentrasi, rentang perhatian pendek dan menjadikan mereka orang-orang yang terobsesi dengan dirinya sendiri, yang terus-menerus mencari sanjungan dari teman-teman virtual mereka. (Tim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar