Minggu, 21 Agustus 2011

MENDIKNAS KUNJUNGI UNIVERSITAS BORNEO

MEDIA PUBLIK-TARAKAN. Pemerintah pusat akan mengocorkan dana Rp. 25 miliar kepada Universitas Borneo (UB) Tarakan. Hal ini disampaikan Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh saat mengunjungi kampus UB Tarakan di Amal, Sabtu siang (20/8).

Dalam kunjungan keduanya di UB Tarakan tersebut, M Nuh menyampaikan, dana Rp.25 miliar yang dianggarkan lewat perubahan APBN untuk melengkapi sarana dan prasarana.

“Universitas Borneo ini universitas khusus, memang proses penegeriannya baru tahun 2010. Olehnya itu, kita terus memberikan dukungan seperti dana Rp 25 miliar, sehingga lebih kokoh lagi dan bisa menampung lebih banyak lagi mahasiswa. Untuk tahun depan akan kita berikan bantuan berupa sarana dan prasarana pendidikan,” kata Muhammad Nur kepadaKPNN saat mengunjungi kampus UB Tarakan.

Mantan Menkominfo ini juga menyampaikan, penegerian UB merupakan langkah yang sangat strategis untuk menjadikan Tarakan sebagai barometer pendidikan. Walaupun saat ini jumlah mahasiswanya masih sekitar 5.000 orang, Nuh juga optimistis ini menjadi awal yang sangat bagus bagi universitas negeri.

“Saya pertama ke sini tahun 2004 lalu saat awal pendirian UB dan saat ini sudah sangat berkembang. Bayangkan, kalau UB ini dikeroyok bareng-bareng oleh pemerintah dan instansi lainnya untuk pembangunan dan pengembangannya, saya yakin 5 tahun ke depan UB dapat diperhitungkan menjadi universitas yang besar,” kata Nuh yang kemarin langsung melanjutkan perjalanan menuju Tawau, Malaysia.

Peraih gelar doktor di Universite Science et Technique du Languedoc Montpellier, Prancis itu juga menilai, semangat UB Tarakan menjadi universitas unggulan sudah tampak saat baru memasuki gerbang kampus ini. Sebab, di gerbang yang menghadap pantai Amal itu terdapat tulisan berukuran besar, yakni Center of Excellent atau pusat unggulan.

Menurut Nuh, hal ini menunjukkan UB Tarakan sebagai geo-strategis karena dibentuk di wilayah perbatasan yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia dan Filipina.

Pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur, itu juga berpesan kepada UB Tarakan untuk terus berbenah agar menjadi universitas besar, dan jika mampu diwujudkan, bukan mustahil mampu mengalahkan negera tetangga Malaysia.

“Jika dikehendaki, diharapkan dan dicita-citakan, universitas kecil akan menjadi besar karena yang besar awalnya dari kecil dulu. Semoga UB ini benar-benar menjadi Center of Excellent,” kata Nuh.
Untuk menjadi pusat unggulan, Mendiknas memberikan arahan tiga hal yang harus dilakukan UB Tarakan. Ketiganya menurut Nuh, langkah praktis dan simpel.

Mantan rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu menyebutkan, langkah pertama yang harus dilakukan UB Tarakan terus meningkatkan kualitas dosen. Pihak universitas harus memberikan kesempatan kepada dosennya untuk terus belajar, meningkatkan kualitasnya dan memfasilitasi beasiswa untuk melanjutkan studi. Nuh mempersilakan dosen UB Tarakan melanjutkan pendidikan lebih tinggi hingga minimal Strata Tiga (S-3).

“Dikti (Direktorat Jenderal Pendididikan Tinggi, Red) akan fasilitasi untuk kuliah yang lebih tinggi kepada dosen. Mau kuliah ke Jerman, Australia, dan negara lainnya, silakan. Kita akan berikan biaya hidup dan biaya pendidikan. Jadi ajukan saja,” kata anak pendiri Pondok Pesantren Gununganyar Surabaya.

Nuh juga mengemukakan, peningkatan mutu pendidikan untuk menuju pusat unggulan memang harus dimulai dari sekarang agar panennya bisa dipetik 5 tahun dari sekarang. Saran Nuh lainnya, untuk mahasiswa yang berprestasi yang memiliki Indeks Prestasi (IP) di atas rata-rata agar dipupuk dan difasilitasi secara khusus jika ingin menjadi dosen UB Tarakan.

“Jadi harus dilakukan secara khusus, karena sesuatu yang khusus harus diperlakukan secara khusus,” kata Nuh memberikan arahan di depan Rektor UB Tarakan Abdul Jabarsyah Ibrahim, dosen dan mahasiswa yang hadir dalam kuliah umum kemarin.

Langkah kedua yang disarankan kepada UB Tarakan adalah peningkatan sarana dan prasarana seperti laboratorium dan perpustakaan karena sangat menunjang pendidikan. “Apa jadinya jika pendekar pendidikan, pendekar Borneo tidak dilengkapi sarana laboratorium dan perpustakaan, maka akan sulit berkembang,” terangnya.

Kunci ketiga untuk menjadi pusat unggulan, tradisi akademik budaya keilmuan harus dibangun oleh UB Tarakan. Ini untuk meningkatkan kualitas pendidik maupun mahasiswa. Kata Nuh, semodern apapun fasilitas yang dimiliki sebuah universitas, dan biarpun seluruh dosennya profesor, tapi kalau tradisi ini tidak dibangun, ia yakin tidak akan bisa berkembang dan menjadi unggulan.

“Harus dibangun tradisi dan budaya keilmuan ini. Tidak menutup kemungkinan jika ada lomba-lomba akademik UB akan dapat meraih juara jika menerapkan kunci ketiga ini,” katanya.

Ketiga kunci tersebut kata Nuh harus dapat diwujudkan oleh UB Tarakan jika benar-benar ingin menjadi pusat unggulan. Bahkan untuk melengkapinya agar lebih sempurna, Nuh menambahkan satu kunci lagi yakni UB Tarakan harus ramah sosial.

Maksudnya dijelaskan Nuh, UB Tarakan jangan berorientasi pada uang, tapi harus melihat kemampuan dan kecerdasan seorang mahasiswa. “Tidak boleh hanya gara-gara tidak punya biaya, mahasiswa langsung di-drop out. Tidak boleh ada anak bangsa yang cerdas tetapi tidak dikuliahkan karena tidak ada biaya.
“Pendidikan adalah utama, miskin bukan halangan untuk menjadi pintar. Saya ini adalah anak petani dan bisa menjadi seperti sekarang ini. Maka, bantulah mereka yang punya prestasi ini. Kuncinya, keramahan sosial adalah jalan menuju kesuksesan,” pesan Mendiknas.

“Teruslah berusaha dan bercita-cita, siapa tahu alumni UB ini 20-30 tahun ke depan ada yang menjadi walikota, 20-30 tahun ke depan alumni UB ini ada yang jadi menteri atau Dirut Bank Mandiri. Jangan malu karena miskin, karena kalau kita malu miskin akan membelenggu kita dan menghalangi kita untuk berkembang,” imbuh Nuh.(TIM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar