Sabtu, 29 Oktober 2011

Kampung Halaman Kita

Oleh : Andi Nurdin, SH (Praktisi Hukum dan Pengamat Sosial Budaya/Wakil Direktur LSM LEKEM KALIMANTAN)

"MEDIA PUBLIK"
Tiga puluh tahun yang lalu Nurudin, pernah belajar ke Yogyakarta untuk menuntut ilmu.Memang tidak salah jika sebenarnya di Kalimantan Selatan juga ada Universitas Lambung Mangkurat Hanya saja Universitas swasta masih kurang, bahkan belum ada. Karena yang ada hanyalah kursus-kursus biasa serta paling tinggi setingkat akademi. Berbeda denganYogyakarta yang tumbuh subur Universitas swasta sebagai keseimbangan atau balansing dengan Universitas negeri, yang cukup sulit untuk di masuki. Karena yang pertama memang IQ, kedua peminatnya terlalu banyak. Sehingga persaingan super ketat dan memerlukan daya konsentrasi yang benar-benar solid untuk mencapai keinginan paling tidak mendapatkan formulirnya. Waktu itu belum ada rayon.

Itupun di alami oleh Nurudin yang berasal dari kampung halaman bangun sari desa di Murung Pudak, daerah kecamatan yang merupakan bagian dari kabupaten Tabalong. Sewaktu di SMA Tabalong hanya setingkat kelas satu. Kemudian melanjutkan ke SMA dua Mulawarman Banjarmasin. Memang waktu itu keinginan Nurudin, karena memang umur pas di masa Pubertas 17 tahun, banyak gejolak jiwa dari perpindahan menjadi dewasa, meninggalkan masa anak-anak yang penuh dengan kasih sayang orang tua.

Di masa yang mana timbul pertanyaan-pertanyaan tentang diri, keluarga,pacar, ilmu pengetahuan dan daerah atau negara kita. Cita-cita pindah ke Banjarmasin,padahal masih kelas satu SMA, akan memasuki SMA Muhammadiyah. Tetapi di dalam kenyataannya justru masuk di SMA dua Mulawarman. Karena agama dapat autodidak. Waalaupun sebenarnya banyak waktu yang terbuang karena di Banjarmasin waktu itu masih kurang sekolah Islam, dan sekolah Islam swasta serta apalagi bicara Universitas swasta. Berbeda jauh dengan Yogyakarta yang disebut kota pendidikan dan kota budaya. Padahal negeri kita Kalimantan Selatan terkenal religius, itu dapat saya alami dan rasakan ketika kuliah di Yogyakarta, jelas Nurudin tentang pengalaman hidupnya. Di mana banya teman-teman dan sahabat yang kagum dan mengerti jika orang-orang Banjar adalah ulet dan terpuji taat pada agama Islam. Nurudin juga kena “kejipratannya “akan identitas kepribadian orang-orang Banjar atau Kalimantan Selatan.

Tetapi orang-orang Aceh mungkin lebih kuat dan sangat fanatik serta mempunyai rasa persatuan yang lebih kental di bandingkan dengan orang-orang Banjar.Hal tersebut dikarenakan orang-orang Aceh mempunyai latar belakang budaya yang kental dengan masuknya Islam di Nusantara. Apalagi peristiwa Aceh tidak habis-habisnya dengan ujian. Tidak ubahnya seperti negara Irak sekarang. Tetapi sampai sekarang Aceh tetap bertahan, untuk menjadikan negeri mereka negeri yang orang serta sejarah sudah tahu “serambi Mekkah” dan “masuknya Islam pertama”.

Persatuan orang-orang Jawa Timur juga sangat kuat dan kental. Apalagi jika persaudaraan mereka karena banyaknya santri-santri dari Pesantren yang meluluskan siswa-siswanya, kemudian mereka bertemu jika di kota-kota Jakarta dan Yogyakarta, ada kesamaan untuk masuk kuliah di Universitas Islam negeri atau swasta di mana saja mereka berada.

Persaudaraan orang-orang daerah seringkali bertemu karena mereka ada kesamaan minat untuk kuliah atau mereka melanjutkan pendidikan mereka di mana saja di seluruh tanah air, bahkan di luar negeri sekali pun.

Persatuan dan kepemimpinan orang-orang Bugis dan orang Sulawesi Selatan justru sangat kuat dan teratur di dalam menciptakan sistim kepemimpinan dan penguasa mereka di negeri mereka sendiri. Yaitu Sulawesi Selatan. Karena itu tidak mustahil jika banyak negarawan dan menteri bahkan musisi dan berbagai macam keahlian banyak ditemukan dari Sulawesi Selatan.

Kampung halaman kita kata Nurudin, mesti banyak belajar dari sistim dan cara mereka untuk memakmurkan rakyat mereka. Sebagai bagian dari membantu pemerintah RI. Jika bisa memakmurkan wilayah kita sendiri dengan bagusnya sistim hukum dan sosial, serta kemapuan solusi keadilan, maka tidak mustahil banyaknya rakyat yang cerdas, yang juga menurunkan generasi yang cerdas dan bertaqwa.

Di manakah asset daerah kita? Di manakah kepribadian kita? Mengapa kita tidak memperbanyak pendidikan dan kemampuan budaya kita untuk lebih realistis di dalam kenyataan di dalam persaingan globalisasi sekarang ini? Mengapa banyak suara LSM daerah Banjar ini yang masih menyuarakan jika kita terjajah di dalam pengelolaan SDA dan SDM?

Di dalam jangka panjang tentu saja SDA kita akan habis. Karena itu SDM kita pun haruslah mandiri dan stabil untuk mencintai negeri dan pengelolaannya.Apakah itu dari peningkatan pendidikan serta memperbanyak pendidikan agama swasta, serta penanaman untuk menciptakan generasi muda dan selanjutnya untuk mempertahan daerah dan kepemimpinannya di masa yang akan datang.

Jika anda kata Nurudin, pernah mempelajari dan terus mempelajari Palestina dan Israel, dari keadaan mereka dan cita-cita mereka tentunya anda tidak bisa membayangkan jika sebenarnya yang hidup dan berjuang di daerah itu adalah “anda sendiri”. Maka jika anda berada di daerah ini atau Kalimantan Selatan, tentunya anda akan terbangun dari mimpi buruk anda dan anda akan berjuang dengan sekuat kemampuan. Maka dengan demikian mungkin dapat merasakan “nilai pemeluk agama” anda mempunyai arti. Karena beban anda tidak seberat yang sebenarnya di Palestina dan Israel. Karena di sini banyak yang harus kita perjuangkan.

Dengan demikian jelas Nurudin, “perbandingan agama” serta “perbandingan negara” haruslah dan wajib kita pelajari secara terus menerus demi agama dan negara kita tercinta. Nampaknya di dalam setiap “hikmah kehidupan” dari sebuah perjalanan kehidupan kita tetap mempunyai arti untuk mempertanyakan “Ketuhanan” dan “Kerasulan” di wilayah kita masing-masing. Sebagaimana yang diajarkan oleh dia yang berjalan “dari Mekkah ke Madinah” untuk membentuk sebuah negeri Al-Qur’an. Jika beragama Islam, maka kita pun ingin jika kampung halaman kita, seperti apa yang kita impi impikan di dalam kehidupan yang akan datang. Karena kehidupan yang akan datang adalah kita ingin berkumpul dengan anak isteri, keluarga, teman-teman sepermainan kita, ayah ibu,kakek nenek kita. Bahkan kita ingin kampung halaman kita juga ada di sana. Seperti waktu kita kecil dan manja dengan orang tua kita. Kita ingin kampung halaman kita tidak kita tinggalkan. Kita ingin kembali walaupun kita telah berada di syurga.Ternyata kita ingin jika syurga kita seperti kampung halaman kita sendiri.

“Rumah kita adalah syurga kita”
“Kampung halaman kita juga adalah syurga kita”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar