Minggu, 23 Oktober 2011

Jalan Ksatria (Tetesan Embun)

Oleh : Andi Nurdin, SH (Praktisi Hukum dan Pengamat Sosial Budaya/Wakil Direktur LSM LEKEM KALIMANTAN)

"MEDIA PUBLIK"
“Dalam pelajaran yang lalu telah kita ketahui tentang makna memukul, serta bentuk kuda kuda dengan kombinasi seperti gerakan anak lonceng”, demikian penjelasan yang diberikan oleh Maha Guru Bintang Islami.

Di mana telah diterangkan berapa banyak anda memukul memukul dalam sehari,sebulan dan setahun.Tetapi jika anda memukul setan katakan dengan sedekah, kemudian anda meningkatkannya lagi. Maka anda semakin kuat.Bahkan anda sebenarnya berada di jalan yang lurus atau di dalam kebenaran.Sesuai dengan namanya Sadaqah, di dalam kebenaran atau kebaikan. Apalagi jika itu di dalam sadaqah yang tepat atau berada di dalam “fisabilillah”atau jalan Allah SWT. Karena betapa banyak mesjid kaum Muslimin yang memerlukan dana. Karena betapa banyak pengajian dan pelajaran ilmu yag memerlukan dana.Karena betapa banyak santunan pada anak yatim dan orang miskin yang memerlukan dana.

Jika anda bersadaqah atau memukul setan seribu sehari, maka anda semakin sehat dan kuat secara rohani. Karena itu ibarat setetes embun yang memberikan minum pada tanaman di pagi hari.Setetes air yang menghilangkan dahaga, merupakan bagian dari memberi atau menyumbang atau bersadaqah. Apalagi jika seseorang itu dapat menurunkan hujan yang menyuburkan bumi, memberikan minuman pada manusia, tanaman serta menumbuhkan pohon pohonan.

“Itulah makna yang lebih baik daripada sekedar sehat atau mempunyai kekuatan fisik yang mampu menghancurkan batu dan pohon serta dapat membuat manusia cedera atau bahkan mati”, jelas Maha Guru Bintang Islami. Karena Yin Yang adalah berpasangan antara kekuatan dan kelembutan. Kekuatan tanpa Kelembutan adalah Kezaliman, tetapi sebaliknya Kelembutan tanpa Kekuatan, adalah kelemahan.Kelemahan akan membuat diri sendiri hanya menerima tanpa memberi, sehingga jiwa manusia itu menjadi tumbuh-tumbuhan yang hanya bisa menerima sinar matahari dan air hujan namun tidak bisa berbuah dan memberikan bunga yang menarik atau harum atau daun yang berguna. Sebaliknya jika itu tumbuh-tumbuhan, maka setidak nya hanya menjadi hiasan walaupun tidak berbunga dan berbuah.Tetapi sebagai manusia, manusia mempunyai tanggung jawab pada Tuhan Pencipta, sebagai orang yang beriman tentunya manusia akan memberikan hasil karya atau buah yang manis atau setidak tidaknya seperti tumbuh tumbuhan memberikan bunga yang menarik atau yang harum baunya.

“Dengan demikian apa gunanya kita belajar Bela Diri?”tanya murid yang kritis.Kita belajar bela Diri bukan untuk membunuh atau merusak lawan, tetapi dengan Bela Diri kita menaklukkan diri sendiri. Perangilah dirimu sendiri sebelum memerangi orang lain. Sakitilah dirimu sendiri, sebelum menyakiti orang lain. Dengan pengalaman belajar dan berlatih bela Diri yang selama ini pada awalnya sangat sakit dan menyedihkan, akan menjadikan kekuatan bagi kita yang berlatih karena kita tidak bisa lagi dikuasai oleh caci maki lawan dan tidak bisa lagi dipengaruhi oleh kesombongan orang lain, yang sengaja menggoda untuk melemahkan mental kita dan menguji kita.

Atas pengalaman itu semua, sebaiknya kita memberikan tetesan embun, seperti embun di pagi hari yang membuat bunga bunga menikmati air yang bening.Menggelinding dengan bening di hijaunya daun daun tumbuh tumbuhan, serta rumput rumput hijau di
pagi hari.Walaupun hujan belum mengirim air yang melimpah. Di kala kemarau ini, setidaknya tetesan embun dapat menghentikan haus dahaga pada pengharapan hujan di awan tinggi.

Seperti tumbuh-tumbuhan yang menghasil buah, maka buahnya akan di makan oleh manusia dan binatang. Seperti bunga, bunganya akan menjadi hiasan bagi manusia di sebuah taman rumah. Tetapi sebagai manusia janganlah dengan keahlian bela Diri menjadi perusak dan penindas karena kemahiran teknik yang tinggi. Tetapi jadilah seperti tumbuh-tumbuhan yang berbuah manis yang karyanya dan kemampuannya dapat dirasakan orang banyak.Atau jadilah bunga yang harum baunya dan menarik di pandang mata.

Di dalam Bela Diri ada tingkat tingkat yang tinggi jika mendalami kemahiran teknik.Dengan kenaikan tingkat atau “Dan”. Tetapi kenaikan tingkat tentunya tidak berpengaruh, jika seseorang itu tidak mengerti tetesan embun, yang dapat memberikan rasa sejuk dan menghilangkan dahaga seseorang atau manusia yang tidak “mempunyai” apakah itu tidak mempunyai materi atau tidak mempunyai kekuasaan. Bisakah seorang ahli Bela Diri memberikan tetesan embun? Bisakah kita melatih diri untuk mencari tetesan embun dan memberikannya kepada mereka yang memerlukannya? Jika kita mampu untuk menciptakan atau mencari tetesan embun yang diperlukan banyak orang, mungkin itulah Kemahiran Bela Diri yang salah satu Terbaik atau The Best.

Itulah Ksatria atau tentara Kebaikan, dan itulah salah satu ajaran Bela Diri. Kemampuan Bela Diri adalah kemampuan menaklukkan diri sendiri.Kemudian berjuang untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Berjuang seiring dengan perjalanan agama negara dan bangsa. Mereka itu ada yang berjuang di dalam pemerintahan dan ada pula yang berjuang di rakyat biasa. Tetapi jalan Bela Diri itu mengalir pada darah darah manusia yang memang mempunyai rasa “Kepercayaan pada Keteraturan alam semesta” Tentunya alam semesta ini berjalan dengan teratur dan Penciptanya memang “Maha Ahli Hukum”.

Dengan demikian konsentrasi “memukul” akan menjadikan seseorang pada suatu “pusat titik” atau satu pusat tujuan, atau disebut dengan “penyatuan”. Maka tentunya tetesan embun di pagi hari akan memberikan manfaat pada tumbuhan dan pohonan.Jika itu bisa juga dilakukan oleh seorang pendekar, maka itulah sasaran utama untuk membentuk sebuah kekuatan lahir dan bathin. Jika itu dapat dan nyata, itulah kekuatan kita. Jika kita perlu meningkatkan tenaga, maka tenaga kita sangat bermanfaat untuk menciptakan lebih banyak embun untuk kehidupan. Maka semuanya akan hidup, hidup dan kehidupan terus berjalan.Di mana kita ada di dalamnya.

Kita memang memerlukan sebuah energi atau tenaga(power). Kita melatihnya dengan Bela Diri. Kita perlu semangat(spiritual), maka kita melatihnya dengan Bela Diri. Kita perlu mengerti dan mengetahui jalan Bela Diri, karena kita tahu sebuah jalan bela Diri memang untuk menjadi Ksatria memerlukan peperangan lahir bathin, yang tidak perlu mengorbankan orang lain. Bahkan dengan latihan yang lama dan ulet, kita telah bisa membuat “sebuah tetesan embun”. Tetapi walaupun kemampuan kita hanya sebatas mampu membuat tetesan embun.Tetapi itu semua adalah sifat karakter yang terbentuk dengan “memberi”.Hanya dengan memberi pengetahuan dan memberi “tetesan embun” yang nyata yang dapat membuat kita mengerti jika latihan Bela Diri itu sangat bermanfaat bagi diri kita sendiri terlebih dahulu.Dengan kekuatan “latihan pengorbanan”.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar