Sabtu, 27 Juli 2013

Melongok Jejak Kerajaan Galuh Purba dan Legenda Ciung Wanara


BERITA MEDIA PUBLIK
Bila mudik melewati jalur Selatan, ada baiknya bila sejenak mampir ke situs Karang Kamulyan di Desa Karang Kamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Situs ini terletak 7 kilometer sebelum Kota Banjar. Situs ini berada di pinggir jalan raya yang menghubungkan Kota Ciamis dan Banjar.

Situs yang dipercayai menyimpan jejak peninggalan kerajaan Galuh purba itu berada di antara hutan lindung seluas 25,5 hektare, dengan ragam flora dan fauna yang tumbuh di sana. Sambil melepas lelah, Anda bisa berkunjung ke sana. Banyak penjaja makanan dan minuman, termasuk oleh-oleh khas Ciamis berderet di pinggir jalan hingga ke pelataran parkiran situs.

Istirahat sambil belajar. Setidaknya itu bisa dilakukan. Sekarang situs itu bukan hanya milik Kabupaten Ciamis, tetapi juga milik nasional karena sudah termasuk Benda Cagar Budaya (BCB) yang dilindungi pemerintah. Di situs itu ada jejak peninggalan sejarah Galuh purba komplet dengan benda-benda peninggalan purbakalanya.

Hal itu dikuatkan oleh hasil penyelidikan Tim dari Balai Arkeologi (Balar) Bandung yang dipimpin Dr Tony Jubiantoro pada tahun 1997. Menurut Tim Balar tersebut, Karangkamulyan adalah pusat suci suatu kerajaan pada abad ke-7. Situs Karang kamulyan juga lekat dengan sejarah peradaban kerajaan-kerajaan besar di Nusantara, salah satunya legenda Ciung Wanara dan Hariang Banga.

Semua orang mafhum, Ciung Wanara merupakan pendiri kerajaan Pajajaran, yang kemudian keturunannya menjadi raja di tatar Pasundan. Sementara keturunan Hariang Banga pergi ke arah timur Jawa, kemudian mendirikan kerajaan Majapahit. Bisa dibilang, situs purba itu merupakan jejak penting peradaban raja-raja Jawa pada masa berikutnya, Hindu-Budha dan Islam.

"Jadi situs ini merupakan leluhur peradaban raja-raja Jawa, leluhur kita ada di sini," kata Uhan, petugas kebersihan situs yang sudah bekerja turun temurun sejak bapak dan kakeknya dulu di situs itu, Sabtu (27/7).

Merdeka.com sempat masuk ke situs purbakala ini. Di dalam kompleks ada sejumlah jejak kerajaan purba, misalnya Batu Pangcalikan, atau batu bekas singgasana dan tempat bermusyawarah raja. Kemudian Panyabungan Ayam yang dipercaya sebagai tempat bekas Ciung Wanara menyabung ayam dengan Bondan Sarati.

Di sebelah Penyambungan Ayam ada tumpukan batu yang disebut Sanghiyang Bedil atau tempat penyimpanan senjata, kemudian ada situs batu lambang peribadatan, sumber mata air Citeguh dan Cirahayu, makam Adipati Panaekan, Pamangkonan, batu Panyandaan tempat istirahat Ibu Ciung Wanara, dan Patimuan Leuwi Sipatahunan, tempat bayi Ciung wanara dibuang ke sungai Citanduy.

Siapa raja Galuh Purba ini? Dia adalah Prabu Adimulya Sanghyang Cipta Permana. Dia menjabat sebagai raja Galuh Purba pada sekitar abad ke-7. Dia memiliki dua permaisuri, yakni: Dewi Naganingrum yang melahirkan Ciung Wanara dan Dewi Pangrenyep yang melahirkan Hariang Banga. Kelak, Ciung Wanara ini melahirkan kebudayaan Sunda, sementara Hariang Banga melahirkan kebudayaan Jawa.

Kedua pangeran itu sempat terlibat perang untuk menguasai bumi Jawa, tanpa pemenang dan tanpa ada yang kalah, sehingga kekuasaan mereka dibelah. Ciung Wanara menguasai tataran Sunda yang meliputi wilayah Jawa Barat, sementara Hariang Banga mendirikan kerajaan di sebelah timur, yang meliputi Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Legenda itu diabadikan dalam kidung-kidung Sunda, sementara di Jawa diabadikan dalam kisah-kisah tembang Jawa. Itulah sepotong legenda Galuh Purba. Bila anda tertarik, silahkan berkunjung ke sana untuk mengetahui lebih banyak lagi.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar