Minggu, 18 Agustus 2013

Tarian Hadrah Merupakan Khas Banjar

MEDIA PUBLIK - MARTAPURA. Tarian Hadrah atau lebih populernya dengan Senoman hadrah yang berasal dari Desa Sungai Rangas Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, Hadrah adalah salah satu tarian adat Banjar yang perlu dilestarikan. Tarian Hadrah biasanya diadakan manakala sang penganten Pria menyambangi rumah sang penganten wanita , Selain itu Hadrah juga seringkali dibawakan untuk menyambut tamu  tamu khusus

Rusmili salah satu pemain anggota Sinoman Hadrah Sungai Rangas yang berusia 50 tahun dan sudah puluhan tahun ikut dalam mengembangkan kesenian khas Kalimantan Selatan ini. Keinginannya untuk terus melestarikan budaya ini menjadikannya terus menekuni budaya dan terus melakukan pembinaan kepada generasi muda yang peduli dengan kebudayaan.
Pria ini bekerja sebagai petani untuk mencukupi kebutuhannya. Karena jika menggantungkan hidup pada sinoman hadrah dianggap masih tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga.
Tidak setiap hari kelompok mereka mendapatkan tawaran tampil, tergantung waktu-waktu tertentu saja, sehingga tidak mungkin dapat menggantungkan hidup sebagai seniman hadrah. “Undangan yang datang itu tidak tentu, kadang dalam sebulan tidak ada undangan, namun karena keinginan untuk terus melestarikan budaya saja sehingga saya tetap menekuni budaya ini,” ujarnya.

Begitu juga dengan Syarkawi (amang Awi), 45 tahun yang sudah bergabung dengan kelompok Al Hikmah sejak 96 atau dua tahun setelah kelompok itu didirikan. Keinginan untuk mengembangkan budaya daerah yang menguatkan semangatnya untuk terus berkarya dalam kelompok tersebut. “Kalau hanya mengharapkan makan dari hasil pertunjukan memang tidak dapat, karena undangan yang datang tidak tentu,” katanya.

Sementara itu, Kaspul Anwar (45) yang juga merupakan anggota bergabung di tarian Hadrah ini mengatakan bahwa sejak didirikannya kelompok dan bertugas sebagai penabuh rebana Hadrah ini, kelompoknya dapat bertahan sampai saat ini karena sebagian besar adalah hasil kerja keras dan sumbangan dari anggota kelompoknya.

“Seperti untuk melengkapi alat yang digunakan dalam tarian, kami mengumpulkannya bertahap dari hasil pembayaran saat mendapatkan undangan, sebagian pembayaran tersebut dipotong untuk membeli peralatan dan itu atas keikhlasan dari anggota sendiri,” ceritanya.

Lanjutnya, untuk sekali undangan, tarif pembayaran pertunjukan tersebut tergantung jarak yang harus mereka tempuh, seperti untuk Martapura dalam sekali tampil mereka dibayar sekitar Rp2,5 juta dan semua pemain sinoman akan ikut dalam tarian tersebut. “Kami berharap agar kesenian khas ini dapat terus bertahan, dan semoga saja mendapat perhatian dari pemerintah,” tutupnya.(kas)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar