Sabtu, 02 Juni 2012

Bimbingan Allah SWT


Oleh:Andi Nurdin,SH.
Advokasi Hukum LEKEM Kalimantan

   Sebelum datangnya Muhammad SAW sebagai Rasul untusan Allah SWT, negeri Arab dikatakan sebagai zaman jahiliyah. Zaman yang penuh dengan kegelapan, kejahilan, dan tersesat dari nilai-nila kemanusiaan. Karena AllahSWT menghendaki manusia berada di jalaNya, maka di utuslah malaikat Jibril untuk mengjarkan Al-Qur’an pada Muhammad SAW, untuk mengajak manusia dalam pengabdian kepada Allah SWT(Adz-dzariat ayat 56). Karena manusia hanyalah makhluq, maka sudah semestinyalah Khaliq akan membimibingnya.

   Malaikat menyeru Muhammad SAW,”Bergembiralah hai Muhammad, saya adalah Jibril  dan tuan adalah utusan AllahSWT untuk ummat ini”.

   Karena Muhammad SAW tidak bisa membaca, dan tidak pernah sekolah untuk membaca, tetapi di sini terlihat jika membaca yang dimaksud adalah bacalah dengan jiwa, dengan nilai kemanusiaan, dan dengan hati yang diberkati oleh kasih saying. Maka kalimat”Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan” masuk langsung kedalam jiwa Muhammad SAW, karena dipeluk berkali-kali oleh Jibril. Maka jiwa dapat membaca bahasa apa saja,jika dikehendaki oleh Allah SWT.Ini dapat dilihat dari cerita Al-Qur’an sendiri di mana nabi Sulaiman AS pun dapat mengerti bahasa binanang dan bahasa jin dan syetan, karena ilmu Allah SWT yang langsung dimasukkan ke dalam jiwa seorang manusia dan nabi seperti nabi Sulaiman AS. 

   Dalam jaman seperti sekarang ini pun banyak sekali para wali yang mendapat ilmu langsung dari Allah SWT, yang langsung dimasukkan ke dalam jiwa manusia. Dengan demikian orang lain pun tidak mengerti kapan dia sekolah dan kapan dia belajar. Tetapi semuanya karena berkah dan rahmat dari ayat-ayat Al-Qur’an yang agung. Karena itu pada zaman apapun termasuk jaman ini, begitu banyak para wali yang juga terus berhubungan untuk menjaga nilai-nilai Al-Qur’an, begitu Al-Qur’an yang ada di dalam jiwa manusia atau para penghapal Al-Qur’an.

   “Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah”, adalah kalimat yang kedua setelah kalimat wahyu yang pertama. Kedokteran, adalah juga merupakan, hal yang perlu di dalam meyakini nilai-nila wahyu jika berpegang pada kalimat ini. Karena dari darahlah manusia diciptakan. Tentu saja artinya manusia ada yang menciptakan, bukan seperti pendapat sebagian materialisme yang mengatakan manusia tercipta dengan sendirinya, karena alam tercipta secara teratur dan berdiri sendiri. 

   “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang sangat mulia”, adalah kalimat wahyu yang ketiga. Mulia di sini adalah karamah, untuk manusia yang menyempurnakan nilai ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT. Mulia  di dalam kalimat wahyu tersebut adalah “Yang memberi karamah”. Karena itu belum sampai pengkajian yang sempurna jika tidak pernah merasakan karamah karena kalimat wahyu Allah SWT. Pencipta adalah penentu, siapa manusia yang karamah atau mempunyai makna wahyu, dan siapa yang tidak mendapat karamah karena mengabaikan wahyu. Manusia berhak untuk berjuang, dan itulah perjuangan yang benar.

   Karena itu marilah kita muliakan nilai-nilai Al-Qur’an sepanjang hidup kita. Jika “Yang mengajarkan manusia dengan kalam atau wahyu”. Di mana manusia sebelumnya zaman jahiliyah belum pernah ada. “Mengajarkan manusia apa yang belum diketahui”.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar