Oleh:Andi Nurdin,SH.
Advokasi Hukum LEKEM Kalimantan
Sebelum datangnya Muhammad SAW sebagai Rasul untusan Allah SWT, negeri
Arab dikatakan sebagai zaman jahiliyah. Zaman yang penuh dengan kegelapan,
kejahilan, dan tersesat dari nilai-nila kemanusiaan. Karena AllahSWT
menghendaki manusia berada di jalaNya, maka di utuslah malaikat Jibril untuk
mengjarkan Al-Qur’an pada Muhammad SAW, untuk mengajak manusia dalam pengabdian
kepada Allah SWT(Adz-dzariat ayat 56). Karena manusia hanyalah makhluq, maka
sudah semestinyalah Khaliq akan membimibingnya.
Malaikat menyeru Muhammad SAW,”Bergembiralah hai Muhammad, saya adalah
Jibril dan tuan adalah utusan AllahSWT
untuk ummat ini”.
Karena Muhammad SAW tidak bisa membaca, dan tidak pernah sekolah untuk
membaca, tetapi di sini terlihat jika membaca yang dimaksud adalah bacalah
dengan jiwa, dengan nilai kemanusiaan, dan dengan hati yang diberkati oleh
kasih saying. Maka kalimat”Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan” masuk
langsung kedalam jiwa Muhammad SAW, karena dipeluk berkali-kali oleh Jibril.
Maka jiwa dapat membaca bahasa apa saja,jika dikehendaki oleh Allah SWT.Ini
dapat dilihat dari cerita Al-Qur’an sendiri di mana nabi Sulaiman AS pun dapat
mengerti bahasa binanang dan bahasa jin dan syetan, karena ilmu Allah SWT yang
langsung dimasukkan ke dalam jiwa seorang manusia dan nabi seperti nabi
Sulaiman AS.
Dalam jaman seperti sekarang ini pun banyak sekali para wali yang
mendapat ilmu langsung dari Allah SWT, yang langsung dimasukkan ke dalam jiwa
manusia. Dengan demikian orang lain pun tidak mengerti kapan dia sekolah dan
kapan dia belajar. Tetapi semuanya karena berkah dan rahmat dari ayat-ayat
Al-Qur’an yang agung. Karena itu pada zaman apapun termasuk jaman ini, begitu
banyak para wali yang juga terus berhubungan untuk menjaga nilai-nilai
Al-Qur’an, begitu Al-Qur’an yang ada di dalam jiwa manusia atau para penghapal
Al-Qur’an.
“Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah”, adalah kalimat
yang kedua setelah kalimat wahyu yang pertama. Kedokteran, adalah juga
merupakan, hal yang perlu di dalam meyakini nilai-nila wahyu jika berpegang
pada kalimat ini. Karena dari darahlah manusia diciptakan. Tentu saja artinya
manusia ada yang menciptakan, bukan seperti pendapat sebagian materialisme yang
mengatakan manusia tercipta dengan sendirinya, karena alam tercipta secara
teratur dan berdiri sendiri.
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang sangat mulia”, adalah kalimat wahyu
yang ketiga. Mulia di sini adalah karamah, untuk manusia yang menyempurnakan
nilai ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT. Mulia di dalam kalimat wahyu tersebut adalah “Yang
memberi karamah”. Karena itu belum sampai pengkajian yang sempurna jika tidak
pernah merasakan karamah karena kalimat wahyu Allah SWT. Pencipta adalah
penentu, siapa manusia yang karamah atau mempunyai makna wahyu, dan siapa yang
tidak mendapat karamah karena mengabaikan wahyu. Manusia berhak untuk berjuang,
dan itulah perjuangan yang benar.
Karena itu marilah kita muliakan nilai-nilai Al-Qur’an sepanjang hidup
kita. Jika “Yang mengajarkan manusia dengan kalam atau wahyu”. Di mana manusia
sebelumnya zaman jahiliyah belum pernah ada. “Mengajarkan manusia apa yang
belum diketahui”.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar