Jumat, 25 Oktober 2013

USKUP JERMAN DI NON AKTIFKAN

Media Publik - Berlin. Vatikan akhirnya memutuskan untuk menonaktifkan Uskup Jerman, Fraz-Peter Tebartz-can Elst, kemarin. Ia dinilai tidak mencerminkan kehidupan seorang uskup karena hidup mewah dan berfoya-foya. Keputusan Paus Fransiskus itu dikeluarkan dua hari setelah dia menerima Uskup Tebartz-van Elst di Roma untuk meminta penjelasan.

Pernyataan Vatikan mengatakan Paus Fransiskus mengambil sikap komprehensif dan obyektif terkait hal itu dan Uskup Tebartz-van Elst untuk sementara "tidak dapat melakukan tugasnya."

Keputusan Paus Fransiskus memberikan semangat baru bagi umat Katolik Jerman dan harapan bahwa dia akan menerapkan nilai-nilai hidupnya yang sederhana dalam hierarki gereja. Paus memilih untuk tinggal di sebuah wisma di Vatikan, bukan apartemen mewah yang ditinggalkan pendahulunya. Fransiskus juga pernah mengatakan uskup tidak boleh hidup seperti pangeran.

»Keputusannya menunjukkan bahwa Paus menganggap kehidupan pastoral dan teladan moral penting, bukan sekadar perhiasan,” kata Alberto Melloni, sejarahwan Vatikan dan Direktur Lembaga Kajian Agama Yayasan Yohanes XXIII, institut riset Katolik liberal di Bologna, Italia.

Uskup Limburg yang dijuluki »Uskup Bling” mulai menuai kontroversi sejak dia merenovasi gereja yang sekaligus berfungsi sebagai rumahnya dengan dana mencapai US$ 41 juta. Proyek itu menuai kecaman karena bak mandinya saja bernilai US$ 20 ribu, taman senilai US$ 1,1 juta, serta ditambah ruangan kebugaran.

Selain merenovasi rumah dengan mewah, Uskup Tebartz-van Elst disebut-sebut menggunakan penerbangan kelas satu ketika mengunjungi umat miskin India.

Tebartz-van Elst adalah uskup termuda Jerman saat ditempatkan oleh Paus Benediktus pada Januari 2008. Dia ditahbiskan pada 1985 dan pernah belajar di Prancis dan Universitas Notre Dame, Indiana. Gaya kepemimpinannya telah menimbulkan ketidakpuasan di keuskupan. Beberapa ribu jemaat menandatangani petisi menuntut agar Tebartz diganti sebelum skandal renovasi itu mencuat.

Dalam pembelaannya, Tebartz mengatakan pengeluaran membengkak karena renovasi mencakup 10 proyek. Sebagai bangunan cagar budaya, biaya izin renovasinya juga besar. Dia mengatakan ruangan yang menjadi tempat kediamannya hanya sebagian kecil dari seluruh proyek. (TIM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar