Oleh : Ipriani S Kaderi (Wartawan Media Publik/Aktivis LEKEM KALIMANTAN)
MEDIA PUBLIK - BERAU, Berau 31/12. Bisa jadi anak sungai yang mengalir di depan terminal bandara yang namanya sungai Kalimarau, sebagai nama yang diabadikan di bandara ini. Mungkin untuk mengambil jalan pintas. Namun, perlu dipikirkan nama baru. Perjalanan bandara, memang menarik. Banyak yang menikmati layanan penerbangan dari generasi ke generasi.
Bandar Udara (Bandara) Kalimarau terletak di Kecamatan Teluk Bayur Kabupaten Berau. Di kecamatan ini dahulu adalah sebuah kota yang berjaya pada masa lalu dan menjadi pusat industri batu bara yang ditandai dengan hadirnya perusahaan Stenkollen Matschappy Parapattan (SMP). Perusahaan penambangan batu bara milik Belanda yang berdiri pada 1912 itu menandai terbukanya Teluk Bayur bagi para pendatang.
Bandara Kalimarau berdiri tahun 1976 lalu dengan kategori bandara perintis. Kalimarau telah beberapa kali ditingkatkan diantaranya mulai peningkatan landasan pacu (run way), fasilitas navigasi yang menjadikan Kalimarau kini masuk kategori kelas 2.
Sejarah peningkatan Kalimarau dari awal berdiri, panjang run way pada 1976 hanya 650 meter. Mengingat pesawat yang mendarat hanya pesawat kecil jenis MAF 506 dengan jumlah penumpang 5 orang dan 2 awak pesawat. Pesawat jenis ini, sering disebut pesawat Capung. Apron saat itu masih menggunakan plat.
Memasuki 1990-an mulai ada peningkatan. Pesawat yang masuk jenis Cassa seperti Deraya, Pelita, Asahi, DAS dengan type 100 dan 200. Kala itu masih menggunakan run way lama yang berada tepat di sisi jalan raya Teluk Bayur. Hingga 1997 pindah ke terminal baru yang digunakan hingga sekarang.
Kendati telah banyak dilakukan renovasi mengimbangi untuk mengikuti perkembangan zaman, kelas Bandara Kalimarau masih lebih baik dibanding bandara di kabupaten lain termasuk Bandara Temindung.
Pesawat yang masuk juga sedikit lebih baik lagi pada 2002 dibandingkan sebelumnya yakni jenis ATR 42 milik perusahaan penerbangan yang beroperasi di Kalimarau seperti Deraya, DAS, Kal Star. Mengalami peningkatan sejak otonomi daerah yang sebelumnya hanya mengandalkan APBN, dengan pendanaan APBD I dan II sejak 2001, wajah Kalimarau terus berubah jauh lebih baik lagi. Juga didukung perlengkapan mulai navigasi juga turut di benahi. Pada 2006, bandara ini mulai menambah fasilitas seperti Precision Approach Path Indicator (PAPI).
Tahun 2007 dilakukan perpanjangan landasan menjadi 1.850 meter, perlengkapan navigasi Divor, penambahan kendaraan patroli 2 unit, genset 125 ditambah N 25 KVA, semua peningkatan peralatan melalui dana APBN. Di masa sekarang dengan berkembangnya Kabupaten Berau menjadi kota pariwisata, maka Teluk Bayur dengan sejarah historisnya dijadikan sebagai pintu gerbang ke Kabupaten Berau untuk mendukung kegiatan pariwisata dan perindustrian.
Di samping untuk keperluan masyarakat umum untuk kegiatan sehari hari di dengan melalui trasportasi udara dengan Bandar Udara Kalimarau. Dengan dibukanya Kabupaten Berau sebagai kota wisata maka pertumbuhan penumpang cukup spektakuler. Menurut data Masterplan Bandar Udara Kalimarau Tahun 2002 pesawat tipe B 737 diperkirakan akan berjadwal pada tahun 2012 tetapi realita di lapangan B 737 – 200 telah berjadwal pada tahun 2008. Dan pada bulan angustus 2009 telah beroperasi maskapai penerbangan Batavia Air dengan B 737 – 300 dan 16 Juli 2010 Sriwijaya Air jenis boeing 737 – 300.
Perkiraan kapasitas penumpang di lapangan pada tahun 2008 telah mencapai 107.982. dengan laju pergerakan penumpang 39,47 persen per tahun. Dari beberapa indikator diatas maka Bandara Kalimarau patutlah dikembangkan untuk mencapai target perkembangan Bandara Kalimarau mendatang.
Berdasarkan kebijakan pemerintah. Dan kondisi bandara yang ada sekarang maka pihak yang terkait telah melakukan tahapan pembangunan dengan melakukan pembangunan bandara baru dan perluasan wilayah operasional. Diketahui bahwa luas lahan bandara yang sekarang adalah seluas 56,07 ha. Luas lahan yang diperlukan untuk pengembangan bandara Kalimarau adalah seluas 183,14 Ha.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar