Senin, 04 Maret 2013

PESAN PRABOWO UNTUK PENDUKUNGNYA

Selamat siang sahabat,

Berikut saya sampaikan, sebuah surat terbuka mengenai perjuangan kita, yang saya tujukan kepada semua yang telah bergabung di FB saya ini.

Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih untuk waktu yang sahabat berkenan berikan untuk membaca, memahami dan menyebarluaskan tulisan saya ini.

*** Menuju 2014: Tahun Perubahan ***

Sahabat FB yang saya banggakan,

Saya membaca, dalam berbagai survei dan jajak pendapat terkini, Gerindra sudah konsisten berada di posisi tiga besar partai politik di Indonesia. Bahkan di sejumlah jajak pendapat, tingkat keterpilihan Gerindra sudah berada di posisi dua dan bahkan teratas, "neck to neck", bersamaan dengan partai-partai lama dan partai besar lainnya. Hasil ini menunjukkan bahwa niat tulus dan kerja keras kita mulai terlihat hasilnya.

Pada kesempatan ini, saya ingin mengajak sahabat sekalian untuk berhenti sejenak, dan menilai serta mengevaluasi apa saja yang telah kita perbuat. Kemana kita mau bergerak, apa saja kekurangan-kekurangan kita, dan tantangan-tantangan apa saja yang harus kita hadapi dan atasi.

Melalui surat ini saya hendak tegaskan kembali, maksud dan tujuan perjuangan kita selama ini. Saya ingin masing-masing dari sahabat yang bergabung di halaman ini mengetahui benar benar apa cita-cita Prabowo, apa pandangan-pandangan Prabowo, serta kenapa bergabung dan bersahabat dengan Prabowo.

** Kenapa Kita Harus Berjuang? **

Sahabatku, gerakan kita beranjak dari suatu perasaan kerisauan. Kita risau bahwa kekayaan alam bangsa Indonesia yang berlimpah, karunia Tuhan Yang Maha Esa yang begitu besar bagi bangsa Indonesia, terus menerus diambil namun tidak dipergunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Dalam berbagai kesempatan, saya telah ungkapkan data-data, fakta-fakta yang berasal dari Pemerintah Indonesia sendiri, yang menunjukkan bahwa jurang antara warga Indonesia yang kaya dan yang miskin semakin lebar.

Sekarang sudah 10 tahun lebih saya berkeliling Indonesia, mengatakan dalam berbagai kesempatan jika sistim ekonomi yang kita jalankan itu keliru. Dalam mengungkapkan fakta-fakta ini, dalam mengungkapkan pandangan saya, saya diserang, saya diejek, dipandang sebelah mata, saya dikatakan Prabowo tidak mengerti apa-apa tentang ekonomi.

Beberapa waktu lalu, terbukti apa yang saya katakan dibenarkan oleh sejarah. Sistim ekonomi neoliberal, sistim ekonomi yang terlampau bebas, gagal membawa kesejahteraan dan keadilan sosial – bahkan di negara asalnya, dan bagi rakyatnya sendiri.

Setelah peristiwa black Thursday dan black Monday pada bulan Oktober 2008 yang menandai awal krisis ekonomi Amerika Serikat – krisis ekonomi yang akhirnya sekarang menjalar ke seluruh Eropa, para ahli ekonomi Indonesia yang dahulu begitu gagah, gembar-gembor, teriak-teriak tentang keunggulan neoliberalisme dan sistim ekonomi kapitalis yang bebas dengan minim regulasi mulai diam dan pelan-pelan mulai malu, mulai takut tampil di publik sebagai penganut paham neoliberalisme.

Saya yang sempat diejek tidak mengerti masalah ekonomi, sekarang diam-diam tersenyum sendiri. Para ahli ekonomi yang menurut saya pernah kehilangan kepribadian nasionalnya, pernah terkagum-kagum dan terkesima oleh "keunggulan-keunggulan" model-model ekonomi tertentu di mancanegara terbukti keliru dalam analisa dan pemahaman, serta pendapat mengenai penerapan kebijakan kebijakan ekonomi yang terbaik untuk bangsa Indonesia.

Yang saya sayangkan, ibarat seorang dokter yang telah salah kasih resep kepada pasien, dan oleh karena kesalahan tersebut pasiennya bertambah sakit, sekarang para ahli ekonomi tersebut tidak mau bertanggung jawab, tidak mau mengaku, tidak mau minta maaf kepada rakyat Indonesia. Sekarang, secara perlahan ramai-ramai mereka mengatakan, mereka pun mendukung gagasan ekonomi yang diamatkan oleh UUD 1945, yakni ekonomi kerakyatan.

Sahabatku, saya jadi ingat – ada seorang ekonom senior yang pernah mengejek ekonomi kerakyatan di depan saya. Beliau mengatakan, belum pernah menemukan istilah ekonomi kerakyatan di literatur. Pada saat itu saya hanya tersenyum, karena hal itu berarti beliau belum pernah membaca tulisan Bung Karno, Bung Hatta, Bung Syahrir, Prof Soemitro dan Prof Mubyarto mengenai ekonomi kerakyatan. Mungkin beliau juga belum pernah membaca dan menghayati Pasal 33, UUD 1945. Kalaupun beliau sudah baca, kalaupun beliau sudah mengerti, mungkin beliau kesal dan termasuk golongan yang ingin menghapusnya.

** Siapa Lawan Kita? **

Perjuangan kita tidak ringan karena banyak kekuatan yang ingin kondisi seperti sekarang terus berlanjut. Banyak kekuatan yang menghendaki sistim pemerintahan yang lemah. Banyak kekuatan yang suka dengan pejabat-pejabat yang bisa dibeli. Tujuan utama mereka adalah meraup uang sebanyak-banyaknya – mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi di bawah. Inilah sikap dan mental yang ada di hati mereka.

Celakanya, mereka-mereka ini sangat kuat dan sangat kaya. Mereka bergabung, menyatukan kekuatan sesama mereka yang merasa situasi sekarang sudah baik, dan perlu dipertahankan untuk kepentingan kelompok mereka. Lembaga-lembaga negara, institusi-institusi yang seharusnya membela kepentingan publik, diselewengkan dan akan terus dipertahankan sebagai alat daripada kekuatan mereka.

Saya yakin, sahabat tentu sudah melihat dan merasakan berbagai masalah ini semua. Jika belum, atau jika sahabat sudah lupa, mari kita melihat kembali perjuangan Joko Widodo dan Basuki T Purnama - bagaimana mereka, calon-calon pemimpin-pemimpin yang bersih, yang ingin berbuat baik, dikeroyok oleh kaum elite yang jahat.

Kita tidak bisa bayangkan, dulu rakyat dan mahasiswa turun ke jalan, menghentikan masa Orde Baru karena kebocoran keuangan negara ada di kisaran 30 persen. Baru-baru ini melalui tayangan YouTube Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, kita mengetahui di DKI Jakarta ada sebuah scanner komputer yang dianggarkan ratusan juta. Ada motor yang seharusnya puluhan juta, dianggarkan lebih dari dua ratus juta. Ada renovasi dan pembuatan halte-halte bus yang dianggarkan sekian milyar - cukup untuk membeli rumah besar di kawasan Pondok Indah, mungkin bahkan cukup untuk membeli rumah di New York atau London.

Sahabatku, saat ini demokrasi kita sedang dibajak dan sedang dirusak oleh iklim kleptokrasi, oleh berkuasanya maling-maling sebagai pejabat negara. Ini adalah kondisi nyata yang kita dapat rasakan bersama. Kita negara besar, terbesar keempat dalam jumlah penduduk, ke 16 dalam besaran ekonomi, yang merasakan angka pertumbuhan ekonomi 6,5 persen. Semua ini angka-angka yang mengagumkan, tetapi nyatanya kita besar karena konsumsi bukan karena produksi. Kita tumbuh karena ekstraksi sumber alam kita. Bangsa lain melirik Indonesia hanya untuk mengambil sumber alam kita dan pangsa pasar kita yang besar.

Tetapi, kita tidak boleh timbul kebencian kepada orang asing. Kita tidak boleh bersikap anti asing. Kita harus berkaca kepada diri kita sendiri. Justru kita harus mawas diri, instrokspeksi, instropeksi dan instrokspeksi. Kita harus berani melihat kelemahan kita, penyakit-penyakit yang ada di badan kita, baru kita bisa kuat, baru kita bisa bangkit.

Kita tidak boleh kompensasi kekurangan kita dengan membenci bangsa lain. Ini akan membuat kita tambah lemah, tambah terperangkap dalam ketidakberdayaan. Saya sering mengatakan, kalau kita punya harta, dan harta itu dicuri oleh orang lain, itu bukan salah pencuri - itu adalah salah kita yang tidak mampu menjaga harta kita sendiri.

Menurut saya, pemimpin yang benar di Indonesia, adalah pemimpin yang berani mengatakan secara jujur kepada rakyatnya: “Hai rakyatku, ini adalah keadaan kita”. Pemimpin yang selalu memberikan kata-kata manis, dengan harapan rakyat terbuai bukanlah pemimpin yang benar.

Disinilah saya harus mengatakan: Sebagian kelompok elite bangsa kita telah terbiasa membiarkan kebocoran anggaran negara, membiarkan kebocoran kekayaan-kekayaan bangsa. Sebagian pimpinan politik kita telah asik melanggengkan kekuasaan, tidak dengan sungguh-sungguh membangun kekuatan ekonomi bangsa Indonesia. Sebagian elite cendikiawan, tokoh kampus dan akademisi memilih diam daripada membela kebenaran dan membela rakyat (tidak mau tahu, pura-pura tidak tahu, tidak mau cari tahu, dan tidak ada usaha untuk mencari tahu apalagi untuk berpihak kepada kebenaran).

Sahabatku, setiap hari kita dapat membaca di surat kabar, kita dapat tonton tiap malam di warta berita televisi, kita dapat lihat di sekeliling kita, kita dapat bicara dengan rekan-rekan, saudara-saudara kita yang berada di daerah-daerah, berada di birokrasi, berada di institusi-institusi pemerintahan, bagaimana korupsi, dekadensi moral, hilangnya integritas dan kejujuran telah tersebar dan merasuk dimana-mana.

Lantas apa yang harus kita kerjakan? Apa kita hanya bisa terus mengeluh dan mengkritik? Saya rasa tidak. Kita harus memilih untuk berjuang, berjuang dan terus berjuang sampai dengan hembusan nafas kita terakhir. Inilah ajaran nenek moyang kita. Jangan pernah menyerah, jangan pernah menyerah, jangan pernah menyerah.

Jangan kita berdiam diri, negara kita dibilang negara paling korup di dunia. Jangan kita berdiam diri, nasib bangsa kita ditentukan oleh para koruptor. Jangan kita berdiam diri, nasib bangsa kita ditentukan oleh segelintir elit.

Jangan kita berdiam diri, saat rakyat takut pemerintah tidak dapat hadir untuk melindungi keselamatannya. Jangan kita berdiam diri, saat kita diadu domba karena perbedaan suku, agama, dan ras.
Selalu saya katakan: Kalau orang baik diam, yang menang dan berkuasa adalah orang orang jahat dan tidak baik.

Karena itu, saya mengajak putera puteri bangsa yang cinta tanah air, putera puteri bangsa yang ingin Indonesia dikenal sebagai bangsa yang terhormat, untuk bergerak melakukan perubahan. Saya percaya, bersama-sama kita bisa berbuat yang baik, berbuat yang benar. Kita bisa menyelamatkan masa depan anak-anak dan cucu-cucu kita. Saya percaya kita masih bisa mencapai cita-cita perjuangan 17 Agustus 1945, yakni negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat, yang rakyatnya hidup dalam keadilan dan kesejahteraan. Banyak suku, banyak ras, banyak daerah, tetapi satu nusa, satu bangsa, satu cita-cita: Indonesia Raya yang gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto rahardjo. Aman, tenteram, makmur dan sejahtera.

** Pemilu 2014 adalah Momentum Kita **

Sahabatku, hari ini sudah lebih dari 2 juta orang yang bergabung di halaman Facebook saya. Sudah lebih dari 1,1 juta orang yang bergabung di halaman Facebook Gerindra – sebuah angka yang luar biasa. Bahkan, menurut catatan Socialbakers.com, Gerindra telah menjadi partai politik dengan halaman Facebook dengan jumlah anggota terbesar di dunia.

Saya yakin, diantara sahabat yang bergabung disini ada yang sekedar ikut-ikutan. Saya yakin ada juga lawan politik saya, yang sekedar ingin monitor pemikiran-pemikiran saya. Tidak apa-apa. Mudah-mudahan saya bisa pengaruhi Anda juga. Tetapi saya percaya, mayoritas adalah orang-orang baik yang memiliki nilai-nilai yang sama dengan saya.

Sahabatku, kita tidak menginginkan terlalu banyak. Kita tidak bermimpi terlalu hebat. Kita hanya ingin Indonesia dimana semua warganya bisa hidup dengan aman, bisa mencari nafkah dengan halal dan terhormat. Kita hanya ingin Indonesia dimana semua warganya bisa menyekolahkan anaknya dengan tenang, bisa berobat kalau sakit, dan bisa mencari kebahagiaan tanpa menyakiti orang lain. Itu adalah cita-cita kita.

Saya selalu ingat apa yang diceritakan kepada saya oleh seorang pemimpin yang saya kagumi, bapak Alm. Muhammad Nur yang saya yakin sampai sekarang masih dicintai oleh rakyatnya, rakyat Jawa Timur. Beliau mengatakan kepada saya, "Mas Bowo, pemimpin baru berhasil kalau wong cilik iso gumuyu". Pemimpin baru berhasil kalau rakyat biasa bisa tersenyum.

Saya juga selalu ingat, sebuah adegan yang pernah saya ceritakan di halaman ini. Saat saya turun dari kediaman saya di desa Bojong Koneng, saya bertemu dengan seorang kakek tua yang membawa pikulan penuh kerupuk. Saya berhenti dan menanyakan “dari mana bapak berasal?” Ia menjawab, dari Ciawi.

Jarak dari tempat ia tinggal, adalah 12 kilometer dari titik saya jumpa dengan beliau. Berarti setiap hari ia berjalan, pulang pergi 24 kilometer. Sebagai mantan prajurit, sebagai mantan infanteri, saya tahu apa arti 24 kilometer setiap hari. Saat itu, Ia pulang dari Bojong Koneng, kerupuknya belum habis terjual.

Ini adalah salah satu adegan yang sangat mengganggu hati saya. Di saat Indonesia gembar gembor sebagai ekonomi ke 16 terbesar di dunia, di saat mal-mal mewah tumbuh, di saat orang-orang berseliweran dengan kenikmatan-kenikmatan yang mencolok, ada seorang kepala keluarga yang harus jalan kaki 24 kilometer untuk berjualan kerupuk.

Kadang kita tidak mau melihat penderitaan rakyat kita, karena tidak tahan. Tetapi inilah perjuangan kita. Kita harus bertekad mewujudkan perubahan. Momentumnya adalah sekarang. Saya merasakan arus dukungan ke arah kita. Komunitas Facebook Gerindra sudah 1,1 juta orang, komunitas Facebook saya sudah 2 juta orang. Kalau kita sungguh-sungguh meyakinkan orang-orang disekitar kita, katakanlah masing-masing meyakinkan lima orang saja teman, kerabat dan keluarga kita setiap bulan sampai dengan pemilu 2014, kita bisa ciptakan suatu revolusi kebaikan, revolusi keadilan. Kita bisa ciptakan suatu revolusi yang damai, yang konstitusional, yang tidak menimbulkan penderitaan yang lebih parah lagi bagi rakyat Indonesia.

Sahabatku, kalau kita semua satu tekad, satu pendirian, satu harapan dan satu cita-cita. Kalau kita semua ingin pembaharuan, ingin kejujuran, ingin pemerintahan yang bersih, pemerintahan yang tidak korup, pemerintahan yang berjuang untuk rakyat, masa kekuatan jutaan jiwa bisa kalah dengan para koruptor, para perampok, para penyelundup, dan para penjebol uang rakyat.

Pemuda pemudi Indonesia dulu telah buktikan dengan gagah berani, walau diberikan ultimatum oleh tentara Inggris untuk menyerah, mereka tidak menyerah. Masa sekarang kita menyerah kepada kezholiman? Menyerah kepada para kurawa? Relakah kita perjuangan para pahlawan kita, perjuangan Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai, Mayor Daan Mogot, Jendral Sudirman yang sudah habis-habisan, sia-sia?

Karena itu, kalau sahabat sekalian sungguh-sungguh bersama saya, mari kita bersatu. Saya telah siapkan suatu alat perubahan, suatu instrumen pembaharuan, yang bernama Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

Perjuangan kita masih jauh. Praktik-praktik kecurangan, suara hantu, serangan fajar, dan segala macam praktik-praktik akan kita hadapi. Tetapi kalau kita semua kompak, kalau masing-masing dari kita dapat meyakinkan dan merekrut lima orang saja setiap bulan sampai dengan April 2014, bayangkan yang sekarang hanya dua juta saya yakin dapat menjadi 80 juta suara atau lebih.

Sahabatku, mari kita yakinkan teman-teman kita, saudara-saudara kita dengan tenang, dengan rasional, dengan jernih, dengan fakta dan angka. Jangan kita menghardik orang lain. Jangan menghina orang lain. Jangan kita menjelekkan orang lain. Kondisi yang kita alami sekarang adalah kesalahan kita semua.

Mari kita ajak seluruh unsur dan komponen bangsa, jangan kita berkampanye dengan kebencian, dengan dengki, dengan iri, dan dengan ciri-ciri manusia yang lemah lainnya. Mari kita gali kekuatan yang tangguh, jiwa besar, sikap pemaaf. Mikul duwur mendem jero. Tanamlah yang tidak baik, angkatlah yang baik. Kearifan nenek moyang kita itulah yang harus kita pedomani. sikap pemenang. Sing becik ketitik, sing olo ketoro. Ojo dumeh, ojo adigang adigung adiguno, ojo lali, ojo kagetan. Ojo rumongso iso, ning iso rumongso.

Mohon maaf bagi sahabat yang bukan dari Jawa, saya yakin dari daerah sahabat sekalian kearifan-kearifan seperti ini ada. Seribu kawan terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak. Inilah prinsip-prinsip yang mendasari kebijakan politik saya. Berbuat baik, berpikir baik, bersikap baik, dan berharap baik.

Kalau kita sudah mulai dengan jelek menjelekkan, hasilnya pun bisa-bisa lebih jelek. Kalau api kita lawan dengan api, maka akibatnya adalah api yang lebih dahsyat. Api harus kita lawan dengan air. Mereka yang menebarkan kebencian, pasti akan rugi.

** Dukung Prabowo? Silahkan Dukung Gerindra **

Dalam kerangka ini juga saya ingin menyinggung suatu fenomena yang marak terjadi beberapa tahun, terutama beberapa bulan terakhir ini. Banyak bermunculan, organisasi-organisasi yang menggunakan nama saya “Prabowo” sebagai nama organisasi.

Seorang pemimpin politik memang harus siap menjadi pembawa bendera, siap di berada di garis terdepan, siap menerima kritik dan hantaman. Seorang pemimpin politik harus siap dijadikan ikon. Namun, seringkali saya katakan, dan akan saya tekankan lagi pada kesempatan ini, saya tidak menghendaki terciptanya sebuah kultus individu.

Dengan ini, saya mohon dengan hormat, rekan-rekan yang telah telanjur membentuk ormas yang menggunakan nama saya untuk nama organisasi, jika rekan-rekan benar-benar tulus mendukung saya, saya mohon nama tersebut direvisi. Sekarang saya lihat ada ormas “Gardu Prabowo”, ormas “Permata Prabowo”, ormas “Gerakan Nasional Pendukung Prabowo”, ormas “Kesatuan Aksi Pendukung Prabowo untuk RI 1” dan mungkin ada ormas lain-lain lagi yang tidak saya sebut disini.

Sahabatku, kalau benar ingin perubahan, hanya satu alat yang dapat mewujudkan perubahan itu: Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Gerindra harus menang pemilu 2014. Target kita: Gerindra menjadi single majority di DPR RI.

Sekali lagi, saya mohon sahabat revisi nama ormas sahabat, dan bergabunglah dengan Partai Gerindra. Bergabunglah dengan gerakan kejujuran, gerakan anti korupsi, gerakan membela wong cilik, gerakan agar wong cilik iso gumuyu, gerakan agar Indonesia berdiri diatas kaki sendiri, gerakan agar Indonesia terhormat, gerakan agar Indonesia dihormati bangsa bangsa lain, gerakan menjadikan Indonesia tidak mengemis, gerakan menjadikan Indonesia swasembada pangan dan energi, gerakan menjadikan Indonesia negara produsen tidak hanya konsumen produk impor.

Sahabatku, inilah tantangan-tantangan kita. Oleh karena itu, jangan kita buah energi dan buang waktu untuk hal-hal yang tidak esensial.

** Mari Tingkatkan Kewaspadaan, dan Mari Bergerak! **

Pada kesempatan ini juga saya ingin ingatkan, saudara-saudara harus waspada akan cara-cara yang ditempuh, oleh orang-orang yang tidak suka dengan saya, untuk menggembosi kredibilitas saya. Salah satunya adalah dengan menyebarkan informasi tidak benar, “Prabowo akan hadir disini, akan hadir disana” – tetapi sebenarnya, saya tidak mengetahui acara tersebut, atau tidak dapat menghadiri acara tersebut.

Saya minta maaf, kalau saya tidak bisa datang ke setiap undangan, ke setiap acara. Badan saya hanya satu. Setiap hari saya mulai bekerja dari jam 8 pagi, dan biasanya selalu ada empat, lima pertemuan sampai tengah malam.
Saudara bisa membaca, rencana-rencana kegiatan saya di halaman Facebook dan Twitter saya @Prabowo08. Jika saudara memerlukan klarifikasi jadwal saya, saudara bisa kontak ke Sekjen Gerindra, saudara Ahmad Muzani. Saudara juga bisa kirim email ke saya di alamat 08@prabowosubianto.web.id.

Sahabat, perjuangan ini memang berat, tetapi kita tidak boleh gentar, kita harus tabah. Never surrender, never surrender, never surrender. Jangan menyerah, jangan menyerah, jangan pernah menyerah. Mari kita berjuang dengan benar, dengan niat tulus, dengan niat bersih, niat bukan mencari jabatan untuk memperkaya diri, tetapi benar-benar mencari mandat dari rakyat, untuk bersama memimpin bangsa, untuk melakukan transformasi bangsa menjadi bangsa yang dicita-citakan oleh para pendahulu kita. Indonesia raya yang adil, makmur, aman, sentosa, berdaulat, berdiri di atas kaki sendiri. Bangsa yang dihormati dan menghormati bangsa lain.

Mari kita lakukan perubahan. Mari kita selamatkan masa depan anak dan cucu kita. Mari kita wujudkan cita-cita bung Karno, bung Sjahrir, Jendral Sudirman. Jangan kita kecewakan mereka yang sudah gugur. Kalau dulu mereka berani mengatakan, merdeka atau mati, sekarang kita harus katakan, sudah saatnya Indonesia berdiri tegak, teguh, berani, gembira, dan optimis.

Terima kasih. Salam Indonesia Raya!

Bojong Koneng, 4 Maret 2013.

Prabowo Subianto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar