Di Publikan Oleh MEDIA PUBLIK
Tulis Oleh: Aspihani Ideris (Direktur Eksekutif LEKEM KALIMANTAN)
Merdeka, Merdeka, Merdeka!!!... Setelah Jepang
menyerah pada tanggal 17 September 1945, tentara SEKUTU (Pasukan-pasukan
Austaralia) mendarat di Kota Banjarmasin, berbarengan dengan mendaratnya
tentara SEKUTU tersebut turut serta juga pasukan-pasukan Belanda yang menamakan
dirinya NICA.
Pasukan-pasukan NICA ini pada waktu itu juga
langsung melakukan penyerangan dan secepat kilat dapat menduduki kantor resmi
Pemerintah, instalasi-instalasi penting serta berusaha keras mengembalikan
pemerintah kolonialnya dengan dalih mengurusi tawanan-tawanan perang
sebangsanya sendiri. Gemparnya rakyat Banjarmasin pada saat itu dengan adanya
politik busuk NICA membuat timbulnya perlawanan-perlawanan terhadap pasukan
NICA, karena rakyat sudah mengetahui tentang kemerdekaan bangsa dan negaranya
sejak 17 Agustus 1945.
Akhirnya dari tindakan busuk NICA tersebut
timbulnya perlawanan-perlawanan baik perorangan maupun berkelompok rakyat
Kalimantan, khususnya rakyat Banjarmasin terhadap pasukan NICA. Dua hari
setelah mendaratnya pasukan SEKUTU dan NICA di Banjarmasin, tepatnya pada
tanggal 19 September 1945 para tokoh-tokoh pemuda di Kota Banjarmasin membentuk
sebuah badan yang benama BARISAN PEMBERONTAK REPUBLIK INDONESIA KALIMANTAN yang
disingkat BPRIK. Pembentukan tersebut tepatnya di Jalan Jawa 16 Banjarmasin dengan
tujuan antara lain mempercepat mendirikan Pemerintah Republik Indonesia dan
mengkoordinir tenaga perlawanan rakyat terhadap para penjajahan Belanda/
pasukan NICA. Perlawanan pasukan BPRIK terhadap pasukan NICA terus menerus
sampai kepelosok pedalaman Kalimantan dengan gencarnya, baik secara gerilya
maupun terang-terangan mengakibatkan kewalahannya pasukan NICA.
Pada tanggal 9 Oktober 1945 atas desakan para
pemuda, akhirnya berdirilah KOMITE NASIONAL INDONESIA KALIMANTAN. Komite ini
merupakan sebuah badan persiapan pemerintah Republik Indonesia Provinsi
Kalimantan, guna menunggu resminya pembentukan Pemerintahan Republik Indonesia.
Tepat pada tanggal 10 Oktober 1945 KOMITE NASIONAL INDONESIA KALIMANTAN
diresmikan sekaligus pengibaran bendera Sang Saka “MERAH PUTIH” sekaligus
menyanyikan lagu INDONESIA RAYA di depan Gubernuran di Kota Banjarmasin dan
dilanjutkan pawai keliling Kota Banjarmasin dengan dihadiri oleh puluhan ribu
rakyat Kalimantan, namun aksi yang dilakukan ini dicegah oleh pasukan SEKUTU atas
hasutan tentara Belanda/NICA. Dalam Aksi didepan Gubernuran tersebut pasukan
SEKUTU hanya mengijinkan rakyat menyanyikan lagu INDONESIA RAYA dan Pawai
Keliling Kota Banjarmasin.
Akibat dari tindakan tentara SEKUTU atas hasutan
tentara NICA tersebut rakyat Kalimantan sangat kecewa dan akhirnya terjadilah
pemberontakan-pemberontakan dalam melakukan perlawanan terhadap pasukan
penjajah. Berbagai perlawanan rakyat Kalimantan digelar, di Barabai pasukan
yang menamakan dirinya Laskar Gaib (Pasukan Gaib) sangat gencar melakukan
penyerangan terhadap para penjajah, bahkan di Alabio seorang Ulama Besar Haji
Hasbullah Yasin menganjurkan dan menghimbau kepada pengikutnya untuk berjihad
melawan penjajah, namun perjuangan jihad ulama besar ini tidak berlangsung
lama, tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1945 Ulama Besar Haji Hasbullah Yasin
ini tewas ditembak oleh salah seorang penghianat yang diketahui seorang
mata-mata atau kaki tangan tentara NICA.
Tanggal 1 Nopember 1945 malam Jum`at, rakyat
Kalimantan yang tergabung dalam pemberontakan pertamakali melakukan aksinya
untuk menyerang pasukan NICA, namun aksi penyerangan ini di tunda, karena
pasukan pemberontak mendengar adanya kabar bahwa pihak NICA kembali menjalankan
siasat busuknya, yaitu pihak NICA kembali menggalang siasat penyebaran fitnah
bahwa para pemuka-pemuka rakyat Kalimantan dan tokoh-tokoh Revolusioner akan
membunuh semua Perwira-perwira SEKUTU (Australia).
Puncak dari perlawanan pemberontak pasukan rakyat
Kalimantan ini terjadi pada tanggal 9 Nopember 1945, tepatnya seusai Shalat
Jum`at pasukan pemberontak rakyat Kalimantan yang di pelopori oleh Laskar
BARISAN PEMBERONTAK REPUBLIK INDONESIA KALIMANTAN “BPRIK” dan Rakyat Cinta
Merdeka mempersiapkan diri besar-besaran untuk melakukan penyerangan terhadap
pasukan NICA. Akhirnya pada siang menjelang petang hari Jum`at 9 Nopember 1945 sekitar jam 15:30 Wita, meletuslah perlawanan bersenjata pejuang rakyat Kalimantan ini
menyerang semua pertahanan tentara NICA di Kota Banjarmasin.
Pada pertempuran tanggal 9 Nopember 1945 ini 9
orang pejuang gugur sebagai KESUMA BANGSA dalam mempertahankan Kemerdekaan
Negara Indonesia, yaitu: 1) Badran
23 tahun, 2) Badrun 27 tahun,
3) Pa` Ma` Rupi 45 tahun, 4) Dullah 56 tahun, 5) Tarin 56 tahun, 6) Juma`in 57 tahun, 7) Umar 58 tahun, 8) Sepa 58 tahun, dan 9) Utuh 58 tahun.
Nama-nama tersebut diatas mengukir monomen
Peristiwa 9 Nopember 1945 yang terletak
di depan Kantor Perbendaharaan Negara Banjarmasin, Jalan Mayjend D.I.
Panjaitan, Banjarmasin.
Akibat peristiwa penyerangan ini berkobarlah api
semangat perlawanan bersenjata setiap waktu dan sesaat dalam wilayah Kalimantan
menentang dan mengusir para penjajah dari negara Republik Indonesia.
Saya penulis, Aspihani Ideris meminta maaf kepada para pembaca, seandainya tulisan saya ini kurang sempurna dari fakta yang sebenarnya, karena hanya inilah kemampuan dan informasi yang saya dapatkan untuk membuat sebuah tulisan cerita bersejarah di Kalimantan khususnya di Banjarmasin. Oleh karena itu sekali lagi saya mengucapkan maaf dan ridhanya jika tulisan ini kurang berkenan dihati para pembaca. Harapan saya semoga tulisan sederhana ini bermanfaat untuk kita semua, Amin... ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar