WISATA JEMBATAN BARITO
MEDIA PUBLIK – BATOLA. Jembatan Barito merupakan salah satu tempat wisata di daerah kabupaten Barito Kuala (Batola) Kalimantan Selatan, kawasan pariwisata ini sangat dibanggakan oleh masyarakat Batola dan masyarakat Banjarmasin, karena jarak tempuh dari Banjarmasin ke jembatan barito hanya memakan waktu sekitar 15 menet naik sepeda motor, namun sayang jembatan yang berdiri kokoh dan megah ini sekarang kelihatannya sudah tidak terurus.
Kondisinya terlihat memprihatinkan seperti banyak rumput dan ilalang memenuhi areal tempat berdirinya rumah-rumah khas Banjar bubungan tinggi tampak yang berdiri kokoh di bagian utara Jembatan Barito itu.
Pantauan Media Publik, kontras dengan kondisi di samping jembatan, aktivitas pengerukan pasir untuk bahan bangunan justru kian marak. Hal ini ini menimbulkan pertanyaan persoalan apa saja yang membuat kawasan wisata ini mulai di tinggalkan dan apakah potensi pariwisata Jembatan Barito ini masih dapat dikembangkan?
“Jembatan Barito merupakan sebuah tempat wisata yang sangat nyaman pemandangannya dinikmati oleh pariwisata atau turisme untuk rekreasi atau liburan”.
Di Kalimantan Selatan Khususnya Kabupaten Batola walaupun bukan sebagai daerah Pariwisata namun memiliki areal-areal wisata yang tak kalah hebat, seperti halnya areal wisata Jembata Barito.
Jembatan Barito merupakan salah satu unggulan pariwisata di Kabupaten Barito Kuala yang diresmikan oleh Presiden Soeharto tahun 1997. Dengan panjang 1.082 meter lebar 10,73 meter merupakan jembatan terpanjang di Indonesia bahkan ASEAN waktu itu.
Jembatan ini menghubungkan Kecamatan Alalak dan Kecamatan Anjir Muara Kabupaten Barito Kuala dan sebagai jalan lintas trans Kalimantan yang menghubungkan Povinsi Kalimantan Selatan dengan Propinsi Kalimantan Tengah.
Rumah khas Banjar bubungan tinggi tampak berdiri kokoh di bagian utara Jembatan Barito. Masing-masing dilengkapi dengan lambang daerah. Ada Banjarmasin, Banjar, dan barito Kuala. Sayang bangunan-bangunan itu tampak kurang terurus.
Banyak rumput dan ilalang memenuhi areal tempat berdirinya rumah-rumah itu. Kontras dengan kondisi di samping jembatan, aktivitas pengerukan pasir untuk bahan bangunan justru kian marak.
Ya, kondisi areal wisata Jembatan Barito kini sungguh memprihatinkan. Dibandingkan saat diresmikan Presiden Soeharto 23 April 1997 lalu, satu dasawarsa kemudian tempat wisata yang tepat berada di bawah jembatan itu mulai ditinggalkan pengunjungnya.
Jembatan dengan panjang 1.082 meter dan lebar 10 meter ini sempat didapuk menjadi jembatan terpanjang di Asia Tenggara. Pasca diresmikan, kawasan setempat sempat menjadi ikon wisata Kalimantan Selatan yang dibanggakan. Sampai ada pameo, belum lengkap mengunjungi Kalsel tanpa mampir ke Jembatan Barito.
"Memang sudah lama kawasan wisata ini dibiarkan saja dan tak terawat. Kayaknya tak ada perhatian khusus dari pemerintah daerah," ungkap Buseri, warga setempat yang berjualan di tempat wisata ini.
Areal di sekitar jembatan tidak lagi dipakai untuk tempat rekreasi keluarga. Kini malah menjadi tempat berpacaran muda mudi.
"Kita tak dapat melarang mereka karena mereka juga termasuk pengunjung dan membayar karcis masuk. Cuma disayangkan ada yang menjadikan tempat itu ajang bermesraaan," jelasnya.
Untuk menjaga jangan sampai kejadian serupa terulang kembali, pihaknya menganjurkan penjaga untuk selalu kontrol di setiap sudut tempat wisata tersebut.
Tak hanya persoalan muda mudi. Puluhan kios kecil yang berada di bawah Jembatan Barito, baik yang masuk Kecamatan Alalak maupun Kecamatan Anjir Muara sepertinya mubazir dibangun karena tak digunakan semestinya.
"Dulu memang banyak pedagang yang menempati kios tersebut saat wisata jembatan ini masih ramai. Karena sudah tak ada lagi," ungkap Juhairiah, warga yang berjualan keliling di sekitar jembatan.
Kasubdin Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalsel Syarifuddin R mengatakan, pengelolaan Jembatan Barito sudah diserahkan pada pihak ketiga, yakni PD Bangun Banua.
"Pada awalnya memang pengelolaannya bagus dan pengunjung banyak yang datang. Tetapi memasuki tahun 2000-an, pengunjung berkurang dan PD Bangun Banua mulai tak mantap lagi mengelolanya," paparnya lagi.
Dalam beberapa rapat di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalsel, rencananya pengelolaannya akan diserahkan ke Disbudpar Batola yang cukup siap mengelolanya.
Benarkah wisata Jembatan Barito sudah tidak menarik? Jawabannya adalah tidak.
Masih ada yang berminat untuk berwisata ke tempat unik ini. Wisatawan lokal Kalsel mungkin sudah jauh berkurang. Tapi nama Jembatan Barito masih cukup terkenal di luar Kalimantan.
Ny Haryanti asal Jawa Tengah adalah wisatawan yang mengaku tertarik dengan Jembatan Barito karena menurutnya jembatan ini terpanjang di Indonesia. Kemudian desainnya juga mirip jembatan di luar negeri.
Pegawai Dinas Pendidikan Kota Semarang ini menuturkan, wisata rekreasi Jembatan Barito sebenarnya masih bisa dikembangkan.
"Misalnya, dibangun tempat peristirahatan di Pulau Bakut yang tepat berada di bawah jembatan. Ini kan cukup menarik," sarannnya.
"Memang belum ada bangunan di situ. Tapi biasanya pengunjung minta antar mengelilingi pulau itu dengan kelotok. Tarifnya 30 ribu," papar Rusliannor, salah satu pemilik kelotok, yang biasa mangkal di dermaga samping jembatan itu.
Ditambahkannya, "Kalau objek wisata ini bisa dikelola pemerintah daerah dengan maksimal, pengunjung akan kembali ramai sama seperti tahun 1997 hingga 2000.
Setelah dikelola PD Bangun Banua selama sepuluh tahun dan kurang menguntungkan, tahun 2008 pengelolaan objek wisata Jembatan Barito diserahkan ke Pemprov Kalsel. Selanjutnya akan diserahkan ke Pemkab Batola untuk dikelola sendiri". ungkapnya.
Aspihani Ideris Direktur Eksekutif Lembaga Kerukunan Masyarakat Kalimantan (LEKEM KALIMANTAN) mengatakan “Jembatan Barito merupakan aset wisata yang sangat berpotensi tinggi menarik wisatawan, apabila dikelola dengan baik dan maksimal maka dapat menarik para wisatawan, namun sayang sekarang areal wisata yang sangat di banggakan masyarakat kabupaten batola pada khususnya dan masyarakat Kalimantan Selatan pada umumnya itu sepertinya tidak terurus dengan baik contohnya seperti banyaknya rumput dan ilalang yang mengurangi indahnya pemandangan di tambah tidak tertatanya kios-kios yang semakin manjamur bahkan mengakibatkan menjadi ajang muda-mudi berpacaran”. Ungkapnya.
“Hal ini hendaknya pemerintah daerah benar-benar bisa mengelola dengan baik objek wisata Jembatan barito ini agar bisa terlihat indah seperti semula supaya para wisatawan bisa menikmatinya dan tentunya ini bisa dapat mendapatkan pendapat daerah apabila dikelola dengan benar serta apabila benar-benar mendapat perhatian serius dari pemerintah diharapkan mendatang objek wisata ini pengunjung akan kembali ramai sama seperti tahun 1997 hingga 2000”. Kata Aspihani.
“Jembatan Barito ini masih jadi tempat favorit bagi pengunjung Kalsel, selain pasar terapung, terutama bagi pehobi fotografi”.
Panjang lebar Aspihani Ideris mengungkapkan “Apabila dikelola dengan baik industri pariwisata Jembatan Barito ini bisa dijadikan sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal. Katanya.(Tiam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar