BERITA MEDIA PUBLIK - JAKARTA. Pemberian entertain terhadap pejabat dinilai hal yang lumrah.
Biasanya para pejabat itu memberikan full service perempuan bayaran,
layanan karaoke plus plus, memberikan paket spa dan massage plus plus,
menanggung biaya clubbing dengan segala minuman haram dan perempuan yang
menemani (purel), memberikan paket liburan, membayarkan paket olahraga
golf, tenis, dan lain-lain, hingga memberikan sebagian saham
perusahaannya.
Tak hanya pejabat negara, keterangan yang diperoleh Harian Terbit
dari sejumlah pejabat yang mengharamkan pemberian entertain itu,
layanan hiburan dan perempuan malam ini, juga diberikan sejumlah
pengusaha bermasalah untuk aparat penegak hukum, baik dari Kepolisian,
Kejaksaan maupun Pengadilan (hakim).
Sumber itu menyebutkan, dirinya pernah mendapat tawaran untuk
bersenang-senang di sebuah club dengan layanan wanita plus-plus. Kala
itu, seorang pengusaha mengajaknya datang ke tempat club malam dengan
layanan karaoke dan purel. Tempat seperti ini juga terbilang privat.
“Tapi saya menolaknya,” ujar pejabat itu.
Dari pantauan Surabaya Pagi.com, pejabat tak cuma nyanyi-nyanyi dan
bermesraan dengan purel. Dalam semalam biaya layanan ‘selangkangan’
untuk pejabat itu mencapai Rp 10 juta untuk satu orang. Biasanya pejabat
itu membawa dua atau tiga stafnya.
Biasanya si pejabat tadi juga dijamu dengan minuman keras (miras)
impor. Jack Daniels, Chivas dan Martel menjadi minuman favorit. Harga
tiap botolnya di kisaran Rp 1,5 juta- Rp 2 juta. Dalam semalam, bisa
habis 2-3 botol, bahkan lebih. Jadi untuk minuman saja harus menyediakan
dana Rp 4-6 juta.
Sedang tarif purel, tiap tempat hiburan berbeda-beda. Namun,
gambarannya secara umum sama. Ada yang tiap jam dan ada yang per 10 jam.
Kebiasaan yang terjadi, booking purel ini per 10 jam atau tempat
hiburan itu sampai buyar alias tutup. Tarif ini berkisar Rp 750 ribu- Rp
1 juta. Tarif ini hanya menemani tamu untuk nyanyi-nyanyi atau
minum-minum. Belum termasuk sex service.
Jika pejabat tadi doyan perempuan, usai acara clubbing ini si purel
tadi bisa diajak check in ke hotel. Tentu saja setelah ada kesepakatan
diantara keduanya. Jika dibawa ke hotel, tarifnya bisa tambah mahal. Si
purel tadi mintanya antara Rp 1 juta – Rp 1,5 juta. Tarif ini juga
berlaku untuk pekerja seks komersial (PSK) kelas atas di Surabaya.
Pejabat tersebut juga harus memberi tips sekitar Rp 500 ribu.
Jika jadi check in ke hotel, jelas harus mengeluarkan biaya tambahan
lagi untuk si pejabat tadi, untuk biaya kamar hotel. Di Surabaya, hotel
berbintang yang kerap dijadikan tempat check in adalah Hotel V3 dan
Oval.
Di Hotel Oval tarif kamar di kisaran Rp 500 ribu-Rp 850 ribu per
malam. Sedang Hotel V3 di kisaran Rp 275 ribu-Rp 400 ribu. Menariknya,
dua hotel ini milik Setiadji Yudho, pelopor hotel short time di
Surabaya.
Jika ditotal, untuk mengentertain pejabat di tempat hiburan dan
layanan perempuannya, membutuhkan dana sedikitnya di kisaran Rp 9,5 juta
hingga – Rp 12 juta. Ini hanya semalam. Belum termasuk jika pejabat
tadi minta paket liburan atau lainnya.
Biaya itu juga hanya untuk seorang pejabat. Padahal, biasanya si
pejabat tadi tidak datang sendirian. Tapi mengajak sejumlah stafnya.
“Jarang banget sendirian. Pasti ngajak 2 atau 3 rekannya atau stafnya,”
beber sebuah sumber. (TIM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar