Media Publik - Aceh Timur.
 Kekerasan terhadap insan pers masih saja terjadi di Aceh, justru pada 
saat menjelang peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2012 beberapa waktu 
lalu. Basri, salah seorang Wartawan Mingguan Radar Nusantara terbitan 
Jakarta yang bertugas di wilayah Idi Rayeuk, Aceh Timur, dipukul oleh 
oknum kontraktor, Selasa (7/2), hanya gara-gara dia mengkonfirmasi 
proyek pembangunan jalan di wilayah Keude Geurubak, Idi rayeuk Aceh 
Timur.
Ironisnya,
 pemukulan itu malah terjadi di depan Kapolsek Banda Alam, Aceh Timur. 
Tidak terima atas pemukulan tersebut, korban yang merupakan warga Idi 
Rayeuk, Aceh Timur, pada hari itu juga langsung melaporkan kejadian yang
 menimpanya ke Polres Aceh Timur.
 
Basri yang menjadi korban pemukulan menceritakan ke beberapa wartawan bahwa pada hari Selasa siang itu ia mengonfirmasi kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Aceh Timur, Yusuf Adam, tentang pekerjaan pengaspalan jalan lintas Idi-Keude Geurobak, Kecamatan Banda Alam. Kadis menerangkan bahwa jalan tersebut dikerjakan rekanan bernama Sulaiman.
Setelah mengakhiri konfirmasi kepada Kadis PU Aceh Timur, kontraktor yang bernama Sulaiman tiba-tiba menelepon Basri. Ia mengajak Basri bertemu di Keude Idi. Namun, karena saat itu Basri masih ada urusan di Polsek Banda Alam, lalu dia jawab tak bisa bertemu di Keude Idi. Basri juga menerangkan bahwa ia sedang minum kopi dengan temannya di warung yang tak jauh dari Mapolsek Banda Alam.
Satu jam kemudian, Sulaiman mendatangi Basri naik mobil CRV warna silver. Ia ditemani seseorang yang dikenal Basri punya nama julukan “Kumis”.
“Saat itu Sulaiman dan Kumis memanggil saya dari mobil CRV dan meminta saya naik ke mobil itu.Namun karena merasa curiga akan terjadi sesuatu, saya menolak untuk naik ke dalam mobil”,ujar Basri.
Basri yang menjadi korban pemukulan menceritakan ke beberapa wartawan bahwa pada hari Selasa siang itu ia mengonfirmasi kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Aceh Timur, Yusuf Adam, tentang pekerjaan pengaspalan jalan lintas Idi-Keude Geurobak, Kecamatan Banda Alam. Kadis menerangkan bahwa jalan tersebut dikerjakan rekanan bernama Sulaiman.
Setelah mengakhiri konfirmasi kepada Kadis PU Aceh Timur, kontraktor yang bernama Sulaiman tiba-tiba menelepon Basri. Ia mengajak Basri bertemu di Keude Idi. Namun, karena saat itu Basri masih ada urusan di Polsek Banda Alam, lalu dia jawab tak bisa bertemu di Keude Idi. Basri juga menerangkan bahwa ia sedang minum kopi dengan temannya di warung yang tak jauh dari Mapolsek Banda Alam.
Satu jam kemudian, Sulaiman mendatangi Basri naik mobil CRV warna silver. Ia ditemani seseorang yang dikenal Basri punya nama julukan “Kumis”.
“Saat itu Sulaiman dan Kumis memanggil saya dari mobil CRV dan meminta saya naik ke mobil itu.Namun karena merasa curiga akan terjadi sesuatu, saya menolak untuk naik ke dalam mobil”,ujar Basri.
“Saya
 bilang begini, kalau mau pukul saya, pukul aja di sini,” kata Basri 
saat ini. 
Meski demikian, terang pria kurus ini, akhirnya si kontraktor meminta untuk bertemu di tempat lain. Dan disepakatilah di Polsek setempat. Begitu tiba di Mapolsek Banda Alam, Basri mengaku sempat memberitahu kepada Kanit Reskrim bahwa kemungkinan besar ia akan dipukul. “Waktu itu kanit langsung menyuruh saya masuk ke dalam kantor Mapolsek”, lanjutnya.
Meski demikian, terang pria kurus ini, akhirnya si kontraktor meminta untuk bertemu di tempat lain. Dan disepakatilah di Polsek setempat. Begitu tiba di Mapolsek Banda Alam, Basri mengaku sempat memberitahu kepada Kanit Reskrim bahwa kemungkinan besar ia akan dipukul. “Waktu itu kanit langsung menyuruh saya masuk ke dalam kantor Mapolsek”, lanjutnya.
Masuk
 ke ruangan itu ternyata tak menjamin Basri aman. Baru beberapa menit 
dia berlindung di situ, tiba-tiba masuk Kumis dan Sulaiman. Dengan nada 
tinggi Sulaiman langsung bertanya kepada Basri mengapa ia mengonfirmasi 
masalah pembangunan jalan tersebut kepada Kadis PU Aceh Timur. 
Kemudian,
 sambung dia, Sulaiman memegang kerah bajunya dan Kumis menampar pada 
bagian mukanya. Tak puas dengan tamparan, Sulaiman hendak menghajar 
dirinya dengan bogem mentah, namun langsung dilerai oleh kapolsek dan 
kanitnya. “Setelah mereka memukul saya, Sulaiman dan Kumis langsung 
pergi meninggalkan Polsek Banda Alam. 
“Karena
 tak ada tanggapan di Polsek, sekitar pukul 16.00 WIB, Selasa (7/2), 
saya melaporkan kejadian pemukulan tersebut ke SPK Polres Aceh Timur, “ 
sebut Basri.
Dia
 mengatakan, laporan tersebut bernomor SPPL/14/II/2012/SPK, perihal 
laporan tersebut diterima langsung oleh Kepala Sentral Pelayanan 
Kepolisian Polres Aceh Timur, Aipda Rasyid Anggara. Ditemani personel 
Polres Aceh Timur, Basri kemudian melakukan visum ke RSUD Idi Rayeuk. 
Sementara itu, Kadis PU Aceh Timur, M Yusuf Adam, kepada Sidak Post  (10/2)
 membenarkan bahwa Basri, menelepon dirinya, menanyakan terkait 
pekerjaan pengaspalan jalan penghubung Kecamatan Idi Tunong, dengan 
Kecamatan Banda Alam (Jalan Keude Geurobak- Idi Tunong).
“Benar
 bahwa saya ada memberikan nomor telepon wartawan tersebut kepada 
kontraktor. Setelah itu, saya tak tahu lagi. Apalagi tentang insiden 
pemukulan itu sungguh saya tak tahu kejadiannya,” ujar Kadis PU Aceh 
Timur. 
Kapolres Aceh Timur, AKBP Iwan Eka Putra, saat dikonfirmasi wartawan (8/2) mengatakan bahwa dia tengah rapat di Mapolda Aceh.
Sang
 kontraktor, Sulaiman, kepada wartawan (9/2) menyatakan setelah diberi 
tahu Kadis PU Aceh Timur, ia menelepon Basri dan minta bertemu untuk 
menjelaskan mengapa ruas jalan itu belum bisa diaspal. “Saya minta 
bertemu, tapi ia tidak mau bertemu dan mengatakan bahwa ia sedang berada
 di Mapolsek Banda Alam,” ujar Sulaiman.
Sulaiman menyatakan seringnya turun hujan selama ini di kawasan itu ditambah belum bisa dilalui Jembatan Blang Siguci, itulah kendala utama sehingga ruas jalan tersebut belum diaspal.
Sulaiman menyatakan seringnya turun hujan selama ini di kawasan itu ditambah belum bisa dilalui Jembatan Blang Siguci, itulah kendala utama sehingga ruas jalan tersebut belum diaspal.
Dia tambahkan, setelah Basri
 tak mau bertemu, lalu Sulaiman dan Kumis pergi ke Mapolsek Banda Alam 
untuk menjumpai Basri. “Saat kami bertanya kepada Basri, dia 
berbelit-belit dan seolah-olah tidak mengetahui bahwa itu pekerjaan 
Sulaiman. Mendengar jawabannya itu, Kumis langsung emosi dan menampar 
Basri. Saya akui saya juga ada memegang kerah leher baju si Basri. Tapi 
perlu saya klarifikasi bahwa itu bukan pemukulan, karena kami hanya 
memperingatkannya. Kalau saya ikut memukul mungkin bukan begitu 
kejadiannya,” ucap Sulaiman.
Ketua
 PWI Perwakilan Aceh Timur, Agusni AH SE, kepada wartawan Media Publik (10/2), 
mengecam aksi premanisme tersebut. Tindakan itu tidak bisa ditolerir dan
 sangat disesalkan, apalagi peristiwanya terjadi di Polsek Banda Alam. 
"PWI dengan tegas meminta penegak hukum memproses kasus ini," katanya seraya menyayangkan Kapolsek Banda Alam yang dinilai tidak melindungi dan mengayomi masyarakat. (TIM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar