Sabtu, 16 Mei 2009

PERANG ANTARA TAUHID DENGAN SYIRIK

Perang antara tauhid dengan syirik telah terjadi sejak lama. Sejak zaman Nabi Nuh Alaihis Salam menyeru kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada berhala-berhala.

Nabi Nuh berada di tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun. Beliau menyeru kaumnya kepada tauhid, tetapi penerimaan mereka sungguh di luar harapan. Secara jelas Al-Qur'an meng-gambarkan penolakan mereka, dalam firmanNya:
"Dan mereka berkata, 'Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa', yaghust, ya'uq dan nasr." Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia)." (Nuh: 23-24)
Tentang tafsir ayat ini, Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas , dia berkata:
  1. Ini adalah nama-nama orang-orang shalih dari kaum Nabi Nuh. Ketika mereka meninggal dunia, setan membisikkan kepada kaumnya agar mereka membuat patung orang-orang shalih tersebut di tempat-tempat duduk mereka, dan agar memberinya nama sesuai dengan nama-nama mereka. Maka mereka pun melakukan perintah setan tersebut. Pada awalnya, patung-patung itu tidak disembah. Tetapi ketika mereka semua sudah binasa dan ilmu telah diangkat, mulailah patung-patung itu disembah.
  2. Selanjutnya datanglah para rasul sesudah Nabi Nuh. Mereka menyeru kaumnya agar beribadah hanya kepada Allah semata, dan agar meninggalkan apa yang mereka sembah selain Allah, sebab mereka tidak berhak untuk disembah. Renungkanlah Al-Qur'anul Karim yang menceritakan tentang keadaan mereka:
    "Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selainNya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepadaNya?." (Al-A'raaf: 65)
    "Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shalih. Shalih berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia." (Huud: 61)
    "Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia." (Huud: 84)
    "Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku." (Az-Zukhruf: 26-27)
    Terhadap dakwah para nabi tersebut, kaum musyrikin meresponnya dengan penentangan dan pengingkaran terhadap apa yang mereka bawa. Orang-orang musyrik itu memerangi para rasul dengan segala kemampuan yang mereka miliki.
  3. Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam misalnya, sebelum diutus sebagail rasul, beliau terkenal di kalangan orang-orang Arab dengan julukan "ash-shaa-diqul amiin" (yang jujur dan dapat dipercaya). Tetapi tatkala beliau mengajak kaumnya menyembah kepada Allah dan mengesakanNya, serta menyeru agar meninggalkan apa yang disembah oleh nenek moyang mereka, serta merta mereka lupa dengan sifat jujur dan amanah beliau. Lalu mereka menghujaninya dengan berbagai julukan buruk. Di antaranya ada yang menjuluki beliau dengan "ahli sihir lagi pendusta". Al-Qur'an mengisahkan penolakan mereka terhadap dakwah tauhid dalam firmanNya:
    "Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata, 'Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak dusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Se-sungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengheran-kan." (Shaad: 4-5)"Demikianlah tidak ada seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan. "Ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila. Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenar-nya mereka adalah kaum yang melampaui batas." (Adz-Dzaari-yaat: 52-53)
    Demikianlah itulah sikap segenap rasul dalam dakwahnya kepada tauhid. Dan sebagaimana gambaran ayat-ayat di atas itulah sikap kaum mereka yang pendusta lagi mengada-mengada.
  4. Pada zaman kita saat ini, jika seorang muslim mengajak sesama saudara muslim lainnya kepada akhlak, kejujuran dan amanah, ia tidak akan menemukan orang yang menentangnya.
    Berbeda halnya jika ia mengajak mereka kepada tauhid yang kepadanya para rasul menyeru yaitu berdo'a (memohon) hanya semata-mata kepada Allah dan tidak memohon kepada selainNya, baik kepada para nabi atau wali, karena sesungguhnya mereka hanyalah hamba Allah, niscaya orang-orang segera menentangnya dan menuduhnya dengan berbagai tuduhan dusta. Mungkin mereka akan dituduh wahabi, dengan maksud untuk membendung manusia dari dakwah kepada tauhid.
    Jika sang da'i mengetengahkan ayat yang didalamnya terdapat ajakan kepada tauhid, mereka tak segan-segan menuduh dengan mengatakan, "Ini ayat wahabi". Manakala sang da'i membawakan hadits:
    Jika kamu meminta maka mintalah kepada Allah dan jika kamu mohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah." (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)
    Maka serta merta sebagian mereka akan mengatakan, "Itu hadits wahabi."Bila seseorang shalat dengan meletakkan tangan di atas dada, atau menggerakkan jari telunjuknya ketika tasyahud , sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam, maka sebagian orang akan mengatakan sebagai orang wahabi.Kata wahabi seakan menjadi simbol bagi setiap orang yang mengesakan Allah, yang hanya menyembah Tuhan Yang Satu, dan mengikuti sunnah nabiNya.Sesungguhnya wahabi adalah nisbat kepada Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi). Ia adalah salah satu dari nama-nama Allah Yang Paling Baik. Berarti Dialah yang memberikan kepadanya tauhid, yang merupakan nikmat Allah yang paling besar bagi orang-orang yang mengesakan Allah.
  5. Para du'at kepada tauhid hendaknya sabar dan meneladani Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam, yang kepadanya Allah berfirman:
    "Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik." (Al-Muzammil: 10)"Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka." (Al-Insaan: 24)
    Setiap orang Islam hendaknya menerima dakwah kepada tauhid, serta mencintai pada da'inya. Karena sesungguhnya tauhid adalah dakwah para rasul secara keseluruhan, juga dakwah Rasul kita Muhammad. Maka barangsiapa mencintai Rasul Shallallahu'alaihi wasallam, niscaya dia akan mencintai dakwah kepada tauhid dan barangsiapa membenci kepada dakwah tauhid, maka berarti ia telah membenci Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam

Jumat, 01 Mei 2009

RISUH DISKUSI MULTIPIHAK TINDAKLANJUT PERBAIKAN JALAN


MEDIA PUBLIK - BANDA ACEH. Diskusi multipihak mengenai tindaklanjut peningkatan jalan Keude Trumon-Buluseuma di Kantor Gubernur Aceh, Jumat (1/5) panas. Masyarakat yang diwakili Solidaritas Pemuda Aceh Selatan (SPAS) minta Pemerintah Aceh melanjutkan program untuk membebaskan keterisoliran tersebut meski diprotes oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi).

Memanasnya diskusi bahkan sempat ricuh dipicu karena berbelit-belitnya pihak Walhi Aceh memberi pernyataan sikap terhadap pencabutan surat laporan mereka ke Mabes Polri. Surat itu melaporkan Menteri Kehutanan (Menhut) MS Kaban melanggar UU Nomor 26/2007 jo PP Nomor 20/2008 tentang Penataan Tata Ruang Nasional dan UU Nomor 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam karena memberi izin pembangunan jalan tersebut lewat surat Nomor: S.96/Menhut-IV/2009. Diskusi dipimpin Gubernur Aceh diwakili Kepala Biro Administrasi Pembangunan, Ir Izhar. Diskusi sekitar tiga jam itu dihadiri Wakil Bupati Aceh Selatan, Daskar Azis, wakil-wakil masyarakat Buluseuma, mahasiswa asal Aceh Selatan, Camat Trumon Isa Ansari, Imum Mukim Buluseuma Abidin Jal, dan Juru Bicara Kaukus Pantai Barat-Selatan TAF Haikal.

Forum diskusi itu juga menghadirkan Kepala Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Aceh Dr Ir Muhya Yunan, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Ir Hanifah Affan, Kepala Bapedalda Aceh Husaini Syamaun, Kepala BKSDA Aceh M Idris Haji, Kepala BPN Aceh Taftazani, dan unsur dari Polda. Sedangkan dari unsur Walhi Aceh, hadir M Oki Kurniawan (Manajer Riset dan Kampanye), M Abdillah (Manajer Kelembagaan), dan sejumlah LSM lingkungan hidup dari Aceh Selatan yang termasuk dalam jaringan Walhi Aceh. Sementara Direktur Eksekutif Walhi Aceh, Bambang Antariksa tidak hadir dalam diskusi tersebut.

Jalannya diskusi awalnya tertib dan aman. Namun ketika pembicaraan memasuki pada subtansi permasalahan, situasi mulai memanas. Para peserta diskusi mempertanyakan surat Walhi Aceh yang dikirim ke Mabes Polri beberapa waktu lalu, dengan isinya melaporkan Menhut MS Kaban yang mereka anggap melanggar UU tentang Tata Ruang Nasional dan Konvensi Suberdaya Alam sehubungan pemberian izin pembangunan jalan Keude Trumon-Buluseuma. Menurut versi Walhi, jalan tersebut berdasarkan hasil survei masuk dalam Kawasan Suaka Alam Margasatwa Rawa Singkil yang dilindungi. Dalam suratnya, Walhi meminta polisi mengusut Menhut yang telah membuat kebijakan melanggar ketentuan. Surat laporan Walhi Aceh bernomor: 35/DR/Walhi/IV/2009 itu sendiri ditandatangani Direktur Eksekutifnya, Bambang Antariksa dan telah diterima Mabes Polri.

Sikap Walhi Aceh melaporkan Menhut ke polisi dinilai oleh wakil-wakil masyarakat Buluseuma termasuk aktivis LSM tidak beralasan. Seperti dikatakan Wakil Bupati Aceh Selatan, Daska Aziz, jalan Keude Trumon-Buluseuma merupakan ruas jalan lama yang sudah ada sejak zaman Belanda. Peningkatan kualitas jalan sepanjang 17 kilometer juga pernah dilakukan pada tahun 1990/1991 semasa pemerintahan Bupati Sayed Mudhahar Ahmad yang juga tokoh lingkungan hidup dan pendiri Yayasan Leuser International (YLI). “Ruas jalan Keude Trumon-Buluseuma telah ada jauh sebelum keluarnya Keputusan Menteri Kehutanan No.166/Kpts-II/1998 tentang Perubahan Fungsi dan Penunjukan Kawasan Hutan Rawa Singkil,” kata nya. Daska yang didampingi anggota DPRK Aceh Selatan, T Mudasir juga mengatakan, ruas jalan yang dipermasalahkan Walhi Aceh itu juga sudah dibangun sebelum keluarnya Keputusan Menteri Kehutanan No.190/Kpts-II/2001 tentang Pengesahan Batas Kawasan Ekosistem Leuser di Provinsi Aceh.

Walhi yang merasa tersudut dengan berbagai fakta yang dikemukakan sejumlah tokoh masyarakat Aceh Selatan, tak banyak memberi komentar. Ketika diminta ketegasannya oleh salah seorang peserta apakah mereka mencabut laporannya ke Mabes Polri atau tidak, Manajer Kelembangaan Walhi Aceh, M Abdillah menyatakan, pihaknya perlu melakukan penelitian ulang dan melakukan rapat dengan para-pihak di lembaganya. “Secara prinsip kita setuju, tetapi untuk mencabut laporan itu kita perlu melakukan rapat kembali dengan kawan-kawan di Walhi. Karena apa yang telah dilakukan itu sebelumnya juga berdasarkan keputusan rapat,” katanya. Mendapat jawaban itu, Bestari Raden yang merupakan aktivis lingkungan hidup yang juga pimpinan LSM Rimueng Lamkaluet langsung mengamuk. “Kami perlu ketegasan Anda, cabut atau tidak surat itu. Kenapa Anda tidak melihat penderitaan rakyat kami, siapa di belakang Anda sehingga begitu berani bertindak seperti itu,” tandas Bestari, lantang.

Bestari sempat bangkit dari duduknya untuk menuju ke arah Oki Kurniawan dan M Abdillah yang duduk di bagian depan sebelah kiri yang berhadapn dengan bangku Bestari. Namun, upaya ini cepat dicegah oleh peserta diskusi yang duduk di samping dan belakang Bestari. Bahkan, polisi yang mengamankan jalannya diskusi itu turut juga memegang dan menenangkan aktivis LSM Putra Meukek tersebut. Ketika Bestari sedang mengamuk, tiba-tiba seorang anak muda yang duduk tidak jauh dari Bestari juga turut mengamuk yang ingin menyerang pihak Walhi. Namun upaya tersebut juga berhasil diredam pihak kepolisian.

Setelah sempat memanas, diskusi berjalan kembali bahkan mulai mencair, apalagi setelah pihak Walhi melalui M Abdillah memberi pernyataan siap untuk menarik laporan tersebut. Tetapi dengan cacatan amdal mengenai pembangunan jalan tersebut harus direvisi, dan tidak boleh digabungkan dengan pembangunan ruas jalan Buluseuma-Kuala Baru (Aceh Singkil). “Kami minta amdal jalan Keude Trumon-Buluseuma harus dipisahkan dengan ruang jalan Buluseuma-Kuala Baru. Kalau itu telah dilakukan, kami akan cabut surat laporan tersebut,” tegasnya.

Pernyataan itu tidak saja diutarakan secara lisan, tetapi juga secara tertulis oleh kedua belah pihak, yaitu Walhi dan masyarakat plus Pemerintah Aceh Selatan. Muhyan Yunan mengatakan, pihaknya akan segera menyurati Bapedalda untuk membuat pemisahan amdal jalan tersebut. “Hari ini juga langsung saya buat surat itu. Pihak Bapedalda juga sudah menyatakan kesiapan mereka merevisi amdal,” katanya. Menurut Muhyan, dalam APBA 2009 Pemerintah Aceh telah menganggarkan dana Rp 5 miliar untuk pembangunan jalan tersebut, dan proses tender sedang dilakukan. (TIM)